Wednesday, July 28, 2010

Warisan Penuh Makna dari 100 tahun Muhammadiyah

Resensi Buku: Warisan Penuh Makna dari 100 tahun Muhammadiyah
Oleh : Wahyu Ari Wicaksono | 28-Jul-2010, 11:12:54 WIB

Judul Buku:
100 Wisdom of MUhammadiyah - Hikmah dan Mutiara Kata Muhammadiyah Sepanjang Masa.

Konsep, desain, dan tata letak: PlanB Studios

Kontributor isi:
HM. Amien Rais, dr. Ida Rochmawati, Msc, Sp.KJ, Aga Herman, Moh. Rif'an, Andri Fetty Aisha, Nana Romzana, Yachinta E.D.

Penerbit: PlanBooks, cetakan pertama, Juli 2010


KabarIndonesia - Buku yang merupakan salah satu seri motivasi persembahan untuk satu abad Muhammadiyah ini diterbitkan dengan maksud sebagai dokumentasi atas mozaik ilmu dari kekuatan keimanan dan ketakwaan tokoh-tokoh Muhammadiyah yang menggerakkan lisan dan perbuatan mereka yang semata-mata dengan niat ibadah.

Buku ini mampu tampil lebih unik karena dilengkapi dengan berbagai sketsa gambar yang mempertajam isi dari pernyataan para tokoh Muhammadiyah yang ada terhadap berbagai realita kehidupan, sejarah, keimanan, keyakinan, kepercayaan, kenegarawanan, kesetiaan, kepedulian, masa depan, dan masalah-masalah lainnya.

Tentang peringatan akan tantangan di masa depan misalnya, hal ini telah dipesankan secara tegas oleh tokoh Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan melalui kalimat peringatan pada dirinya sendiri namun berbias pada umat manusia secara keseluruhan. "Wahai Dahlan, sungguh di depanmu ada bahaya besar dan peristiwa-peristiwa yang akan mengejutkan engkau, yang pasti harus engkau lewati. Mungkin engkau mampu melewatinya dengan selamat, tetapi mungkin juga engkau akan binasa karenanya..." (KH Ahmad Dahlan).

Tak hanya mengingatkan tentang tantangan masa depan, buku ini juga banyak menngingatkan tentang kewajiban-kewajiban yang kita emban. Meskipun diungkapkan pada masa yang telah silam, tapi makna ungkapan-ungkapan tersebut mampu melampaui batas-batas zaman. Petuah-petuah dari KH Ahmad Dahlan, Jendral Sudirman, Buya Hamka, H. Darmo Tjahyono, KH. Ahmad Azhar Basyir, HA. Syafii Ma'arif, H. Kartono Kamadjaja, HM. Amien Rais, dan tokoh-tokoh Muhammadiyah lainnya benar-benar terasa aktual dan mampu memberikan masukan berarti bagi aktivitas kita sekarang.

"Memperbaiki urusan yang terlanjur salah dan disalahgunakan atau diselewengkan adalah merupakan kewajiban setiap manusia, terutama kewajiban umat Islam." (KH. Ahmad Dahlan)

"Dalam menghadapi keadaan yang bagaimana pun juga tetap jangan lengah, karena kelengahan dapat menyebabkan kelemahan, kelemahan menyebabkan kekalahan, berarti penderitaan (Panglima Besar Jendral Soedirman)

"Janganl;ah takut jatuh, karena yang tidak pernah memanjatlah yang tak pernah jatuh. Jangan takut gagal, karena yang tidak pernah gagal hanyalah orang yang tidak pernah mencoba melangkah. Jangan takut salah, karena dengan kesalahan yang pertama kita mendapat pengetahuan untuk mencari jalan yang benar pada langkah kedua." (Buya Hamka).

"Dalam mengarungi kehidupan, contohlah pohon pisang. Pohon pisang tidak pernah mati kecuali setelah berbuah. Dipangkas beberapa kalipun, ia akan tumbuh kembali. Namun sekali berbuah, pohon pisang mati sendiri. Semoga sebelum mati kita sudah banyak beramal sholeh." (H. Darmo Tjahyono).

"Ada tiga jenis manusia: manusia jahat, manusia biasa, dan manusia baik. Manusia jahat, sejak bangun tidur sudah berniat dan berbuat jahat. Sementara manusia biasa, tidak ingin berbuat dosa dan kejahatan, namun bila ia kepergok dengan godaan dosa dan kejahatan, ia tidak bisa menghindari. Sedangkan manusia baik sejak bangun pagi sudah berniat dan berbuat baik, dan jika kepergok dengan godaan dosa dan kejahatan, ia mampu menghindari."
(KH. Ahmad Azhar Basyir)

"Rendah hati adalah refleksi dari iman." (HA. Syafii Ma'arif).

Tentu saja sebagai buku kata-kata mutiara tokoh-tokoh Muhammadiyah, ungkapan-ungkapan yang dikutip dalam buku ini juga mampu menjadi refleksi, evaluasi dan motivasi bagi kalangan internal Muhammadiyah.

"Muhammadiyah pada masa sekarang ini berbeda dengan Muhammadiyah pada masa mendatang. Karena itu warga muda-mudi Muhammadiyah hendaklah terus menjalani & menempuh pendidikan serta menuntut ilmu pengetahuan di mana saja. Menjadilah dokter, sesudah itu kembalilah kepada Muhammadiyah. Jadilah meester, insinyur, lalu kembalilah kepada Muhammadiyah sesudah itu." (KH. Ahmad Dahlan).

"Pimpinan Muhammadiyah sebaiknya kyai yang intelektual atau intelektual yang kyai." (KH Ahmad Dahlan).

"Sekali Muhammadiyah tetap Muhammadiyah. Kata-kata ini bukan untuk Muhammadiyah saja, tetapi juga untuk saya. Saya harap kalau dibaca lagi nama-nama anggauta Muhammadiyah yang 175.000 orang banyaknya, nama saya masih tercantum di dalamnya. Saya harap nama saya tidak dicoret dari daftar keanggautaan Muhammadiyah." (H. Ahmad Soekarno, 1957)

Muhammadiyah itu: yen dijiwit dadi kulit, dicethot dadi otot... setan ora doyan, dhemit ora ndulit... (dicubit malah menjadi kulit, dibetot malah menjadi otot... setan tidak bakal doyan, jin tidak akan menyentuh...) artinya, insan Muhammadiyah adalah pribadi-pribadi yang selalu bekerja dengan ikhlas, tahan banting, dan InsyaAllah tahan kritik dan cemooh manusia, serta tahan godaan setan.
(HM. Amien Rais).

Kearifan dari inti ajaran yang diyakini Muhammadiyah, benar-benar bisa kita rasakan dari kebijakan ungkapan-ungkapan tokoh-tokoh yang kata-katanya dikutip dalam buku ini. Misalnya kelapangan hati dan keterbukaan Muhammadiyah terhadap masalah-masalah yang kerap menjadi perdebatan dan dipermasalahkan oleh beberapa golongan yang ada.

"Tradisi itu buatan manusia dengan akal budinya, dengan perlambangnya, dengan fantasinya, dengan imajinasinya sesuai dengan zamannya. Oleh sebab itu tradisi niscaya akan bergeser sejalan dengan kecerdasan, logika, dan ketebalan beragama manusia di suatu zaman. Maka tradisi itu tidak perlu dimusuhi, diuber-uber lebih daripada musuh, namun perlu ditolerir sejauh tidak bertentangan dengan Islam." (H. Kartono Kamadjaja).

"Ada beberapa jenis kemarahan. Namun kemarahan yang paling indah adalah kemarahan kepada kebathilan. Ada beberapa jenis cinta. namun cinta pada kebenaran adalah cinta yang paling Indah."

"If we do our part, God will do His part." (HM Amien Rais).

"Para begawan tidak bisa berumah di atas angin, lebih-lebih tenggelam di bawah atap kantornya sendiri, tanpa melibatkan diri dalam agenda-agenda pemikiran dan aksi pencerahan bangsa." (HM Haedar Nashir).

"Kerapkali orangtua menyesali pemuda. Menuduhnya bekerja terburu-buru dan kurang pikir. Kerapkali orang muda menuduh orang tua lamban, lambat bertindak dan terlalu banyak berpikir. Alangkah sibuknya dunia kalau pimpinan hanya di tangan yang muda-muda, dan dunia akan membosankan karena lamban geraknya kalau yang memimpin hanya yang tua-tua. Gabungan di antara gelora semangat yang muda dengan renung pikiran yang tua itulah yang menimbulkan keseimbangan di dalam perjalanan hidup." (Buya Hamka).

Akhir kata, menyelami dan merenungi secara dalam 100 Mutiara Kebijakan yang tertulis dalam buku ini, maka kita pun akan mengamini apa yang dituliskan Amien Rais dalam kata pengantarnya bahwa para tokoh Muhammadiyah itu mengunggulkan keikhlasan, keberanian, kesederhanaan, keuletan, dan keyakinan akan masa depan yang lebih baik. Selamat satu abad Muhammadiyah.


Retrieved from: http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=12&jd=Resensi+Buku%3A+Warisan+Penuh+Makna+dari+100+tahun+Muhammadiyah&dn=20100728072853 (July 28, 2010)

No comments:

Post a Comment