Friday, July 2, 2010

Muhammadiyah Incorporated?

Media Indonesia, 02 Juli 2010

Oleh Mukhaer Pakkanna

Wakil Rektor STIE Ahmad Dahlan Jakarta, Peserta Program Doktor Ekonomi UNS dan Anggota Muktamar Muhammadiyah

SATU hal yang kerap luput didedahkan tatkala membahas organisasi sebesar Muhammadiyah, yakni revitalisasi organisasi. Para penggiat dan pengamat Muhammadiyah, cenderung memotret Muhammadiyah dalam spektrum aliran pemikiran keislaman, pergumulan politik dan kemasyarakatan, hingga menjelang muktamar ke muktamar, berkutat pada kisaran kepemimpinan. Padahal, jika dilihat kinerja kuantitatif Muhammadiyah, terutama dibidik amal-usahanya, sungguh sangat impresif.

Dengan sejumlah amal usaha, misalnya,.dalam bidang pendidikan berjumlah 5.797 buah, merupakan angka spektakuler, dengan rincian; 1.132 SD; 1.769 MI; 1.184 SMP; 534 MTs; 511 SMA; 263 SMK; 172 MA; 67 pondok pesantren; 55 akademi ; 4 politeknik; 70 sekolah tinggi, dan 36 universitas yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain di bidang pendidikan, tanah wakaf 29.808.164,60 ha, di bidang kesehatan memiliki PKU = 47; poliklinik = 217, klinik bersalin = 82 dan akademi perawat 92. Kemudian, koperasi dan BMT berjumlah 320 dan pantia asuhan 92 (Profil Muhammadiyah, 2008).

Dengan besaran amal usaha itu, menjadi the mystery of capital (meminjam terminologi De Soto) untuk mengayung langkah merevitalisasi organisasi. Dengan besarnya amal usaha, menjadikan Muhammadiyah sebagai organisasi Islam terbesar di dunia. Dengan jumlah tersebut, berkonsekuensi; pertama, pengelolaan organisasi dan administrasi semakin rumit. Kedua, selektivitas pengelolaan sumber daya kian terdeteriorasi. Ketiga, inefisiensi dan inefektivitas dalam pengelolaan finansial sehingga rawan manipulasi. Keempat, tali kendali dan jaminan mutu kian sulit dikontrol sehingga terjadi degradasi kualitas.

Incorporated?

Bertalian revitalisasi organisasi, sejatinya Muhammadiyah dikelola dalam sebuah manajemen Muhammadiyah Incorporated. Sebuah incorporated adalah pemayungan manajemen untuk menguatkan jaringan baik vertikal maupun horisontal. Galibnya, bicara incorporated, tafsir masyarakat tertuju pada keberhasilan bangsa Jepang dalam pengelolaan Japan Incorporated.

Japan Incorporated berhasil karena menerapkan budaya dan aktivitas Keiretsu. Pola ini dipicuoleh perusahaan ternama, yakni Mitsubushi, Mitsui, Dai-chi Kangyo, Sumitomi, Sanwa, Fuyo, yang kerap disebut tlw big six. Nyaris semua bidang operasional, pengadaan bahan baku, pendanaan, penjaminan, asuransi, pemasaran, distribusi dan transportasi, mereka menyerahkan aktivitas tersebut kepada kelompok usaha terkait sehingga membentuk nctiuorking solid.

Dengan Japan Incorporated telah mengharumkan nama dan produk-produk Jepang di dunia. Pengawinan aspek pembinaan pengusaha menengah dan kecil, pendanaan perbankan, pengadaan prasarana pelabuhan, jalan raya, kawasan industri, pelatihan, riset, dan pengembangan, serta trading liouse membuat Jepang merajai pasar dunia (Saragih, 2009). Tampaknya, Malaysia pun meniru keberhasilan ini, dan pada 2008, Malaysia berada di urutan ke-20 sebagai eksportir terbesar dunia, dengan nilai ekspor US$195,7 miliar (Laporan WTO, 2008). Cara kerja incorporated ini telah pula dilakukan China dan India untuk bangkit merajai pasar dunia saat ini.

Keberhasilan membangun incorporated oleh perusahaan-perusahaan berskala besar di masing-masing negara, tentunya didasari tekad kuat serta visi, misi dan strategi jitu, untuk membangun daya saing. Karena itu, penyatuan langkah strategis dalam merebut pasar menjadi keniscayaan. Sesungguhnya, dalam konsep incorporated, pelaku usaha skala kecil dan menengah yang memiliki keunggulan komparatif, disatukan dalam sebuah holding, yang menjadi katalisator membangun networking produksi, distrbusi, dan pemasaran di tingkat global.

Persoalannya sekarang, sembari menunggu Indonesia Incorporated yang kerap kali diwacanakan Presiden SBY, alangkah baiknya dalam skala mikro, Muhammadiyah merevitalisasi organisasinya dalam formula Muhammadiyah Incorporated. Hal ini penting, selain faktor menjamurnya amal usaha Muhammadiyah, juga alasan jelang Muktamar Muhammadiyah pada 3-8 Juli 2010 di Yogyakarta. Dan, bukankah pada etafe seratus tahun kedua ini, Muhammadiyah sepantasnya melakukan tajdid dalam bidang pengelolaan organisasi yang modern dan berwibawa?

Amal usaha

Kendati lebih sederhana dibanding membangun Indonesia Incorporated, konsep Muhammadiyah Incorporated akan segera terejawantah jika struktur organisasi Muhammadiyah dipertegasgaris komandonya. Apalagi, kultur Muhammadiyah dalam pengembangan amal usaha sudah memiliki embrio untuk membangun sistem yang menyatu dalam kelembagaan.

Namun, sebelum merealisasi konsep Muhammadiyah Incopora-ted, ada beberapa caveat penting, pertama, banyak amal usaha Muhammadiyah yang dibangun berdasarkanspirit bottom up. Spirit ini kemudian dalam perjalanan sejarahnya kerap melembaga menjadi raja-raja kecil di lokasinya. Kedua, banyak amal usaha Muhammadiyah yang memiliki sistem dan mekanisme tersendiri yang kurang terpantau oleh struktur organisasi Muhammadiyah. Di sisi lain. Pimpinan Muhammadiyah kerapkali abai terhadap sistem dan mekanisme yang berjalan, yang bukan tidak mungkin, berseberangan dengan kultur persyarikatan.

Ketiga, karena menjamurnya setiap saat amal usaha, menjadikan visi dan roh Muhammadiyah mengalami disorientasi. Amal usaha bukan lagi sebagai lahan penggemblengan kader dan ideologi, tapi menjadi ladang pragmatisme oleh oknum pengelola amal usaha. Dengan caveat itu, untuk membangun Muhammadiyah Incorporated, setiap strata Pimpinan Muhammadiyah harus bersikap assertive. Untuk menuju hal itu, langkah yang perlu dilakukan, pertama, konsolidasi visi, misi dan strategi gerakan dalam rangka menyatukan langkah untuk membangun Muhammadiyah Incorporated.

Kedua, karena begitu banyaknya variasi amal usaha, diperlukan maping dan focusing. Perlu dilakukan klasifikasi dalam beberapa bentuk incorporated amal usaha. Ketiga, dalam jangka singkat, diperlukan beberapa prototipe (percontohan) Muhammadiyah Incorporated dalam suatu wilayah atau daerah tertentu untuk dicangkokan dalam skala lebih besar. Dalam bidang perguruan tinggi misalnya, peranan Majelis Diktilibang Muhammadiyah harus berperan untuk mengini-siasi terbangunnya PTM Incorporated, sehingga lebih berwibawa dalam quality insurance, daya saing, dan penyelenggaraan perguruan tinggi. Selamat bermuktamar ke-46 di Yogyakarta.

No comments:

Post a Comment