Friday, July 9, 2010

Dinamika Muhammadiyah

Pikiran Rakyat, 7 Juli 2010

Oleh ISMATTLIAH A. NUAD

PERSYARIKATAN Islam Muhammadiyah tengah melaksanakan Muktamar ke-46 di Yogyakarta, 3-8 Juli 2010, yang bertepatan dengan satu abad Muhammadiyah. Masih kita ingat sekitar empat bulan lalu, Nahdlatul Ulama (NU) telah menyelesaikan Muktamar ke-32 di Makassar yang membawa K.H. Sahal Mahfudz sebagai Rois Am dan K.H. Said Aqil Siradj sebagai Ketua Tanfi-ziah. Dua ormas Islam terbesar ini begitu penting peranannya sebagai gerbong gerakan civil society dan gerakan keagamaan di Indonesia.

Sebagai gerakan civil society, menurut A.S. Hikam (1995), keduanya memiliki ciri khas. (1) Adanya kemandirian yang cukup tinggi dari individu-individu dan kelompok-kelompok dalam masyarakatnya, utamanya ketika berhadapan dengan negara. (2) Adanya ruang publik bebas sebagai wahana bagi keterlibatan politik secara aktif melalui wacana dan praksis yang berkaitan dengan kepentingan publik. (3) Adanya kemampuan membatasi kuasa negara agar tidak inter-vensionisme. Dalam arti politik, civil society bertujuan melindungi individu terhadap kesewenang-wenangan negara dan berfungsi sebagai kekuatan moral yang mengimbangi praktik-praktik politik pemerintah danlembaga-lembaga politik lainnya.

Sementara sebagai gerakan keagamaan, keduanya juga turut memberi kontribusi penebaran pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya menjunjung nilai-nilai pluralisme, meskipun pada aspek ini kalangan muda dari kedua ormas Islam inilah yang begitu banyak berperan dan terlibat dalam proses konvergensi di masyarakat. Lebih dari itu, bahkan kalangan mudanya menganggap penting membawa ajaran Islam sebagai ajaran progresif.

Menurut mereka, hal pertama yang harus dilakukan untuk melangkah menuju progresivitas Islam adalah soal penafsiran terhadap teks kitab suci. Teks kitab suci tidak memiliki makna yang statik, tetapi dinamis karena ber-simbiosis dengan kondisi-kondisi zaman. Dalam tradisi penafsiran, seorang penafsir haruslah berasumsi bahwa Alquran sebagai teks merupakan makhluk bisu, statik, dan tak sadar. Alquran baru bisa berbunyi ketika manusia secara sadar melafalkannya, memperdengarkannya, sehingga terasa hadir di dalam benak dan telinga para pemirsa. Hanya lewat para pembaca dan penafsir-nyalah Alquran memperoleh kembali kehidupan dan dinami-kanya yang tak terlepas dari gerak ruang dan waktu.

Atas dasar pembangunan dari kalangan muda kedua ormas Islam itu keduanya ditempatkan sebagai kelompok liberal-progre-sif dari dalam tubuh, baik NU maupun Muhammadiyah. Dalam tipologi gerakan pemikiran, kalangan muda progresif dari Muhammadiyah dikenal dengan Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM), sementara kalangan muda NU yang progresif lazimnya bermetamor-fosis dalam Jaringan Islam Liberal (JIL).

Fakta bahwa kelahiran JIMM maupun JIL segera mengutub-kan gerakan intelektual Islam paling tidak pada tiga kubu. Pertama, mereka yang memiliki paham konservatif, atau dalam penyebutan lain, fundamentalistik. Kedua, mereka yang memiliki paham liberal-progresif, yang lazimnya diwakili kalangan muda, seperti JIMM maupun JIL Ketiga, mereka yang memiliki pa-ham moderat, yang lazimnya tidak terbawa pada arus konservatisme maupun liberalisme. Namun, tipologi yang ketiga ini menolak jika ki im"l-i. 1t.1t 1 dipahami sebagai tidak memiliki sikap karena berada di titik tengah antara liberalisme dan konservatisme. Justru kemoderatan dipahami sebagai landasan supaya umat Islam kembali pada ajaran tauhid, ajaran yang rahmatan lilalamin.

Dari titik itulah sebenarnya para pengamat menyangsikan tesis Samuel Huntington (1999) tentang the clash ofcivilization, karena yang terjadi bukan saja ketegangan di antara peradaban Islam, Barat, dan Konfusianis-me, melainkan justru ketegangan yang terjadi di antara kelompok Islam itu sendiri (the clash within Islam), utamanya antara kelompok liberal-progresif dan fundamentalis. Kalangan liberal-progresif yang memperjuangkan kebebasan berpikir seperti dilakukan JIMM maupun JILjelas mendapat resistansi yang keras dari kelompok fundamentalis. Yang sangat disayangkan, ketika kelompok fundamentalis tak hanya melakukan advokasi atas isu-isu penerapan prinsip-prinsip Islam yang sangat ketat, tetapi juga melegalisasi kekerasan sebagai sarana untuk menegakkan prinsip-prinsip tersebut.

Bertenggernya gerakan muda seperti JIMM ataupun JI L, sebenarnya ingin mengkritik kelompok fundamentalis yang bersa-rang dalam "kelompok tua" NU ataupun Muhammadiyah supaya dua ormas Islam terbesar di Indonesia itu tidak mengalami stagnasi dan lambat dalam merespons perkembangan zaman serta dinamika ilmu pengetahuan dan pemikiran.

Penulis, peneliti rtisaf Studi Islam dan Kenegaraan, Universitas Paramadina.

1 comment:

  1. KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.

    KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.


    KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.


    ReplyDelete