Republika, 05 Juli 2010
Rohmad Hadiwijoyo (Direktur Eksekutif CIDES)
Karena sedang melawat ke luar negeri, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hadir melalui teknologi teleconference pada pembukaan Muktamar ke-46 Muhammadiyah di Yogyakarta. Ini adalah muktamar yang menandai seabad usia persyarikatan ini.
Dengan menggunakan kacamata optimistis, saya justru menangkap dua isyarat positif di balik peristiwa itu. Untuk itu, mari sejenak menengok dakwah ala KH Ahmad Dahlan. Pendiri Muhammadiyah ini mendirikan sebuah gerakan untuk menjawab langsung kebutuhan umat. Umat diberdayakan secara intelektual melalui pendidikan dan diberdayakan secara ekonomi melalui dagang.
Ahmad Dahlan mengajarkan ilmu dengan mendirikan sekolah dan membangun ekonomi umat melalui jaringan bisnis. Kualitas hidup umat juga dibangun melalui pendirian balai kesehatan yang disebut Penolong Kesengsaraan Oemom (PKO, sekarang PKU). Dalam bahasa kekinian, apa yang dilakukan Ahmad Dahlan melalui Muhammadiyah adalah upaya konkret memanusia-kan manusia.
Manusia adalah makhluk merdeka. Dia tidak boleh tergantung dan bergantung kepada apa pun dan siapa pun,kecuali kepada Allah SWT. Inilah hakikat tauhid. Dan prinsip tauhid ini pula yang menjadi landasan gerakan Muhammadiyah sejak awal berdiri hingga saat ini. Muhammadiyah tidak pernah bergantung pada siapa pun, termasuk kepada pemerintah. Muhammadiyah adalah organisasi yang mandiri, bergaul secara elegan, dan beradab di tengah masyarakat bangsa, serta bebas berinisiatif untuk mengembangkan dakwah bagi kemaslahatan masyarakat.
Hal itu juga berlaku di kancah politik. Jika organisasi lain kerap terguncang-guncang karena terombang-ambing arus politik dan kekuasaan, Muhammadiyah tetap melaju tenang karena bisa mempertahankan jarak aman dengan semua kekuatan politik dan kekuasaan.
Maka, ketika SBY tidak hadir secara fisik di Yogya, itu tidak lebih merupakan isyarat bagi warga Muhammadiyah untuk kembali menegaskan karakter sebagai manusia merdeka dan organisasi yang mandiri. Sekaligus menjadi peringatan, tidak pada tempatnya siapa pun yang ada di puncak kepemimpinan Muhammadiyah, menyeret-nyeret persyarikatan ke kancah politik praktis.
Muhammadiyah besar bukan karena restu pemerintah. Ukuran keberhasilan dan kebesaran gerakan ini bukan dari siapa pejabat pemerintah yang meresmikan rumah sakit atau sekolah. Muhammadiyah besar dan kuat justru karena dakwah dan amal usahanya membawamanusia hanya semata bergantung kepada Allah SWT, tidak kepada apa pun dan siapa pun.
Semangat Pembaruan
Teknologi akan menghadirkan SBY ke tengah warga Muhammadiyah. Ini adalah isyarat kedua bahwa sudah saatnya Muhamamdiyah mengimplementasikan semangat pembaruan, dengan semaksimal mungkin memanfaatkan teknologi untuk kemaslahatan manusia.
Sebagai organisasi, Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang paling siap memasuki era teknologi apa pun, karena kepeduliannya yang sangat tinggi terhadap pendidikan modern. Ibarat sebuah rumah, Muhammadiyah telah membuka pintu lebar-lebar bagi perkembangan teknologi. Amal usaha di bidang pendidikan, yang terentang dari tingkat paling rendah hingga tingkat paling tinggi, adalah gerbang persentuhan yang paling efektif antara Muhammadiyah dan teknologi modern.
Pertanyaannya, sejauh mana Muhammadiyah bisa memaksimalkan teknologi untuk mewujudkan semangat tauhid?
Bukan suatu kebetulan jika muktamar kali ini dibuka hanya tiga hari setelah Tarif Dasar Listrik (TDL) naik 10 persen. Kita menyaksikan masyarakat tidak berdaya, dan pada akhirnya hanya bisa pasrah menerima dampak berantai kenaikan itu. Hal seperti itu akan terus terulang dan terulang, karena ketergantungan yang tinggi kepada instrumen sosial bernama negara.
Muhamamdiyah harus berinisiatif memutus mata rantai ketergantungan itu, dengan mengembangkan teknologi sederhana dan tepat guna. Berdiri di garis depan dalam mengembangkan teknologi yang menjawab kebutuhan dan persoalan masyarakat.
Persyarikatan ini punya potensi besar untuk bisa mendesain amal-amal usaha yang berorientasi pada terbentuknya internal market dan corporate community. Kampus-kampus Muhammdiyah punya fakultas teknik dan fakultas ekonomi. Para mahasiswa harus mulai diarahkan untuk terjun ke tengah masyarakat, memberdayakan masyarakat melalui perkawinan teknologi dan program ekonomi yang relevan. Muhammadiyah sebagai organisasi, bisa menjadi payung yang memfasilitasi setiap inisiatif pemberdayaan seperti itu.
Hemat saya, Muhammadiyah harus mulai mengembangkan inisiatif-inisiatif seperti itu. Rakyat tidak boleh terus-menerus dibiarkan memelihara ketergantungan kepada pemerintah. Sebab, perjalanan sosial dan sejarah membuktikan, ketergantungan kepada pemerintah tidak akan membawa perubahan signifikan bagi kesejahteraan rakyat.
Memutus mata rantai ketergantungan rakyat kepada pemerintah, adalah esensi dakwah Muhammadiyah. Itulah dakwah yang memanusiakan manusia, sebagai wujud semangat tauhid. Semoga semangat ini kembali bergelora di arena Mukmatar Satu Abad Muhammadiyah.
No comments:
Post a Comment