Republika, 7 Juli 2010
Daniel Rudi Haryanto
Sutradara Film Islam
Bagaikan kereta api, Organisasi Muhammadiya h adalah lokomotif yang membawa gerbong-gerbong. Di dalam gerbong itu, duduk para penumpang yang mempercayakan keselamatan perjalanan kepada masinis. Lokomotif itu mulai berangkat pada 8 Dzulhijjah 1330 H/18 November 1912 dari sebuah kampung bernama Kauman, Yogyakarta.
KH Ahmad Dahlan adalah masinis, yang pertama kali membawa laju lokomotif ini. Dengan sabar dan tekun, sang masinis mendedikasikan dirinya untuk melayani para penumpang dengan ikhlas dan tulus. Hingga hari ini, lokomotif itu terus berjalan, berganti-ganti masinis, tetapi tetap mengemban amanat yang sama, memanggul beban yang sama, yaitu melayani para penumpang dengan tulus dan ikhlas. KH Ahmad Dahlan mewariskan pemikiran dan tindakan yang besar. Beliau tidak hanya mengawal perjalanan Muhammadiyah dengan segenap pikiran dan tindakan, tetapi juga lebih dari itu, KH Ahmad Dahlan menanamkan mental yang kokoh di dalam tubuh organisasi Muhammadiyah sehingga melahirkan generasi Islam yang intelektual dan bermartabat.
Muhammadiyah lahir dari suatu perjalanan dan perenungan seorang anak cerdas lagi saleh bernama Muhammad Darwisy yang kelak mengubah nama menjadi Ahmad Dahlan. Pada akhir abad ke-18, Ahmad Dahlan muda telah mulai melakukan perjalanan jauh ke Arab, di sanalah Darwisy mulai memetik pemikiran-pemikiran dari ulama yang berpengaruh dalam pembaruan Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha, dan Ibnu Taimiyah. Pada tahun 1888, beliau kembali ke tanah air untuk mengamalkan ilmu pengetahuan yang telah dia dapatkan di Makkah.
Ahmad Dahlan melihat kondisi objektif masyarakat di tanah air, khususnya di Jawa. Kondisi masyarakat yang masih diliputi awan hitam misti-sisme dan klenik serta mentalitas budak akibat kolonialisasi sangat besar, mendorong Ahmad Dahlan untuk berjuang memperbaiki nasib umat, khususnya umat Islam. Ketika beliau melahirkan Muhammadiyah, tiga hal pokok yang menjadi fokus perjuangan organisasi adalah di bidang pendidikan, kesehatan, dan perekonomian.
Muhammadiyah mewujudkan ide-ide pembaruan dan pembebasan bagi umat Islam, yang notabene berasal dari kalangan pribumi yang pada masa itu berada dalam posisi marginal. Anak-anak pribumi mulai mendapat pendidikan yang kualitasnya tidak kalah dengan pendidikan kolonial hasil politik etis Belanda. Konsep ekonomi Syariah Islam mulai mewarnai perdagangan dan perekonomian umat. Pelayanan kesehatan untuk masyarakat diselenggarakan secara Islami. Semua itu digerakkan atas dasar pelaksanaan wahyu Allah kepada Muhammad yang tercatat dalam Alquran nui Karim sebagai perwujudan amar makruf nahi mungkar untuk kesempurnaan hablum min annas hablum min Allah.
Tantangan zaman
Sebagai lokomotif yang menarik rangkaian gerbong, Muhammadiyah telah melalui perjalanan panjang, zaman demi zaman, dari KH Ahmad Dahlan hjngga Din Syamsudin. Namun, perjalanan lokomotif ini tidak lantas lenggang kangkung tanpa aral melintang. Aral melintang yang terjadi di perjalanan merupakan tantangan bagi para masinis. Sudah 98 tahun, Muhammadiyah mengalami berbagai pergolakan perubahan zaman. Ibaratnya, lokomotif Muhammadiyah telah melampaui berbagai stasiun, dari era kolonialisasi, era perang dunia, era pergolakan nasional di zaman Orde Lama, Orde Baru, hingga Reformasi dan pasca-Refor-masi. Hari ini, zaman terus bergerak cepat.
Progresivitas teknologi informasi dan komunikasi telah membawa zaman baru. Ayat-ayat suci Alquran kini tidak hanya berupa jilid buku, tetapi juga telah didistribusikan secara masif melalui koding-ko-ding digital, merambati situs-situs cyber. Umat yang di dalam gerbong Muhammadiyah pada hari ini bukan lagi penumpang yang pasif. Entah sepengetahuan masinis atau tidak, di dalam kereta itu para penjaja perubahan mulai memasuki gerbong dan menjajakan barang dagangan. Para penumpang kini menjadi bagian dari zaman yang berubah dan dipengaruhi situasi dari luar ataupun dari dalam organisasi.
Sekolah-sekolah Muhammadiyah yang mendidik mereka telah menetaskan intelek-tual-intelektual kritis. Rumah sakit yang mereka dirikan kini telah menetaskan generasi sehat. Penerapan sistem ekonomisyariah membawa kestabilan ekonomi. Namun, wacana besar dan kerja-kerja besar yang lahir dari kader-kader Muhammadiyah kini menghadapi tantangan baru. Seberapa sanggup lokomotif ini membawa kenyamanan dan keamanan dalam perjalanan sampai di tujuan? Yaitu, suatu tempat yang berkeadilan, berkemakmuran, dan berkesejahteraan lahir batin?
Muhammadiyah merupakan bagian tak terpisahkan dari kemajemukan Indonesia. Sebagai bagian dari kemajemukan ini, Muhammadiyah mendapatkan pekerjaan rumah yang tidak sepele. Misal, menghadapi isu terorisme dan konflik yang terpicu akibat dari segolongan umat Islam yang memaksakan kehendak.
Pemikiran dan tindakan KH Dahlan di masa lampau adalah teropong zaman. Hingga hari ini, pemikiran dan tindakan beliau telah berbuah manis bagi umat manusia. Teropong zaman itulah yang mengendalikan jalannya lokomotif pada rel yang semestinya. Seumpama mur dan baut kecil pada bantaian rel terlepas, Muhammadiyah semestinya dapat mengantisipasi dan menyelesaikan persoalan itu.
Terorisme serupa dengan mur atau baut yang terlepas dari rel. Jika tidak segera diantisipasi dan dicarikan solusi masalahnya, lokomotif itu akan menyeret gerbong-gerbong di belakangnya keluar dari jalur dan anjlok, tak mampu melanjutkan perjalanan lagi. Sehingga, lokomotif itu ditinggalkan para penumpangnya untuk mencari angkutan lain yang lebih aman dan nyaman. Ternyata setia pada perkara kecil sangat perlu bagi Sang Masinis organisasi besar ini.
No comments:
Post a Comment