Thursday, May 17, 2018

Pluralism, Liberalism and Islamism: Religious Outlook of Muhammadiyah

Studia Islamika 2018 (forthcoming)


Ahmad Najib Burhani
ISEAS – Yusof Ishak Institute; LIPI – Indonesian Institute of Sciences, Jakarta

Abstract
Muhammadiyah has been perceived as an example of a success blend of Islam and modernity. By adopting modern ethics of discipline, equality, and hardworking, this organization has become a rich and independent movement. Quantitatively, the number of Muhammadiyah’s educational and health institutions is only surpassed by the ones owned by Indonesian government. It has 177 colleges and universities; thousands of higher, middle, and elementary schools; and hundreds of hospitals and other health institutions. Social, educational, and economic success of certain organization, however, does not necessarily indicate that it also embraces pluralistic value and religious tolerance. This paper, therefore, intends to describe Muhammadiyah’s position in the context of pluralism, liberalism, and Islamism. This paper argues that Muhammadiyah is progressive in the context of social services, but exclusive in the context of theology. It is its concern on social services that has been able to neutralize Muhammadiyah from Islamist inclination and fundamentalist tendency.

Keywords: Puritanism, liberalism, Islamism, Muhammadiyah, pragmatism, religious exclusivism.

Abstrak
Muhammadiyah kerap dipandang sebagai contoh sukses dari perpaduan antara Islam dan kemodernan. Dengan mengadopsi semangat disiplin, kesejajaran, dan kerja keras, Muhammadiyah telah menjadi organisasi yang kaya dan mandiri. Secara kuantitatif, institusi pendidikan dan kesehatan yang dimiliki oleh Muhammadiyah hanya diungguli jumlahnya oleh institusi yang dimiliki oleh pemerintah Indonesia. Muhammadiyah memiliki 177 perguruan tinggi; ribuan sekolah tingkat atas, tingkat menengah, dan tingkat dasar; serta ratusan rumah sakit dan balai kesehatan. Namun demikian, kesuksesan dalam bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi tentu saja tak mengindikasikan bahwa bahwa organisasi itu juga memegang nilai pluralisme dan toleransi keagamaan. Karena itu, artikel ini ingin mendeskripsikan posisi Muhammadiyah dalam kaitannya dengan pluralisme, liberalisme, dan Islamisme. Artikel ini berargumen bahwa Muhammadiyah merupakan organisasi yang progresif dalam kaitannya dengan pelayanan sosial, namun eksklusif dalam hal teologi. Kesibukan Muhammadiyah dalam memberikan pelayanan sosial menjadi faktor yang berhasil menetralisir organisasi ini dari keterjebakan dalam Islamisme dan fundamentalisme.

Kata Kunci: Puritanisme, liberalism, Islamisme, Muhammadiyah, pragmatisme, keberagamaan, eksklusivisme.