Saturday, April 23, 2016

Pidato dr Soetomo saat Resmikan RS Muhammadiyah Surabaya

KH Mas Mansur (x) di depan Poliklinik Muhammadiyah Surabaya di Jl Karang Tembok (foto: repro pwm jatim)
Ini Pidato Lengkap dr Soetomo saat Resmikan RS Muhammadiyah Surabaya
Penulis Redaksi -
April 22, 2016

PWMU.CO Persahabatan Muhammadiyah dengan Boedi Oetomo, merupakan salah satu kunci keberhasilan organisasi ini dalam melakukan pembaruan. Selain ikut membantu mengurus legalitas organisasi dari pemerintah kolonial, kedekatan keduanya juga terlihat dari Kongres Boedi Oetomo 1917 yang diselenggarakan di rumah pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan. Juga tidak sedikit tokoh Boedi Oetomo yang ikut memperkuat barisan Muhammadiyah, meski tidak menjadi anggota secara resmi.

Di Surabaya, dr Soetomo misalnya, salah satu pendiri organisasi Boedi Oetomo, juga banyak terlibat dalam kegiatan-kegiatan Muhammadiyah. Bersama koleganya, pahlawan Nasional ini mengelola Poliklinik Muhammadiyah di Sidodadi rumah nomor 57, tentu saja tanpa gaji. Poliklinik ini sendiri merupakan cikal bakal Rumah Sakit Muhammadiyah Surabaya yang sekarang berlokasi di Jl KH Mas Mansyur 180-182. Sebelum ke lokasi yang sekarang, RS ini pernah pindah di Jl Karangtembok, Pegirian (1925). Barulah pada tahun 1929 pindah ke lokasi yang sekarang, yang di sela-sela itu juga pernah bertempat sementara di Ampel Maghfur

Dalam pembukaan Poliklinik pada hari Ahad, 14 September 1924 itu, juga dihadiri oleh perwakilan Pengurus Besar Muhammadiyah Haji Soedja’ dan Ki Bagus Hadikoesoemo. Sementara, dr Soetomo, diamanahi untuk memberi sambutan kepada pada undangan sekaligus memperkenalkan pergerakan Muhammadiyah. Berikut petikan sambutan sosok yang namanya diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pemerintah Provinsi Jawa Timur, yang didokumentasikan Suara Muhammadiyah. Meski ada naskah asli dengan ejaan lama, untuk mempermudah, pwmu.co menyesuaikannya dengan ejaan terkini.
***

Nyonya-nyonya dan Tuan-tuan. Atas nama Perserikatan kita yang namanya Muhammadiyah, yakni untuk memperingati Nabi kita, Nabi Muhammad s.a.w, kami mengucapkan selamat datang dan terima kasih untuk perhatian tuan-tuan, yang tampak pada hari ini.

dr Soetomo
Sebelum kami menerangkan maksud pertemuan yang sederhana ini dengan pendek, haraplah kami hendak menerangkan Perserikatan kami pada tuan-tuan. Perserikatan kami ini, sebagai juga perserikatan lainnja yang memang macam Jawa yang bertabi’at (bersifat) menjadikan dan memperbaiki lahirnya di tanah Vorstenlanden, yakni tempat yang orang Jawanja masih memegang kejawaannya.

Meskipun Perserikatan kami itu kelihatannya dan wujudnya ada berlainan dengan Perserikatan yang lainnya yang timbul di dunia pada waktu yang kurang lebih bersama-sama. Yakni Perserikatan kami ini ada bersifat Islam. Tetapi pada hakikatnya Persyarikatan kami itu tiada lain hanya satu dari beberapa pertunjuk lahirnya pikiran baru yang menggetarkan bahagian antero dunia yang berfikir. Lagi pula boleh dikatakan akan pertimbangan atau perlawanan pengajaran Darwin. Bukankah pengajaran Darwin itu berasas peperangan hidup?

Sudah tentu saja kejadiannya pengajaran ini menindas dan memusnahkan yang bersifat lembek. Karena bermaksud untuk diri sendiri supaya dalam dunia ini mendapat tempat yang baik. Sedang fikiran baru itu timbul dari asas yang lain. Yakni asas cinta kasih. Asas cinta kasih ini sudah barang tentu tiada mengizinkan, tiada memberi kesempatan, beberapa untuk keperluan diri sendiri. Akan tetapi mewajibkan berkurban untuk mencapai hidup mulia bagi umum.

Dan kalau begitu, apakah yang disebut cinta kasih pada orang tua, pada istri dan anak dan lainnya? Tiada lain hanyalah mengorbankan diri untuk keselamatan dan kebahagiaan orang lain.
Begitu juga perserikatan kami. Ini kemasakan (kentelan –Jawa) fikiran cinta kasih yang akan kita curahkan kepada sesama manusia supaya dengan cinta kasih dan kurban dapatlah tercapai hidup mulia yang kita maksud seperti yang tersebut di atas.

Kita mendirikan sekolahan. Kita ada mendirikan Hizbul – Wathan untuk memajukan badan kita. Anak yatim pun dapat pemeliharaan dari kita. Banyaklah jalan yang hendak kita jalani. Tetapi haruslah disebutkan di sini. Bahwa syarat kita ada sempit.

Besuk pagi akan kita buka Poliklinik ini. Siapa juga, baik orang Eropa, baik orang Jawa (orang bumi), baik China atau bangsa Arab, boleh kemari, akan ditolong dengan cuma-cuma, asalkan betul miskin. Kami mengharap tuan-tuan dan nyonya-nyonya, hendaknya luluslah poliklinik ini berdirinya, juga oleh bantuan tuan-tuan sekaliannya. Pekerjaan poliklinik yang penuh dengan kurban dan kemanusiaan. Lagi pula terutama adalah kami guntingkan berseru kepada pers (surat kabar) yang memang dapat menolong hal ini yang tiada berhingga.

Hari ini ialah hari bagi dokter-dokter yang bekerja pada poliklinik ini. Hari untuk peringatan bagi pekerjaannya yang berat akan penyediaan pekerjaan ini.

Bagi kita adalah hari ini hari terima kasih. Terima kasih kepada siapa juga yang menolong dengan bicara dan tenaga. Akan menyampaikan maksud kita itu. Pertama-tama terimakasih kami kepada Hoofdinspectur B.G.D (Pekerjaan pengobatan) dan Dr. Degger untuk pertolonganya dari negeri. Yang wujud obat-obat dan verbandmiddelen. Kedua terima kasih banyak kepada tuan Dr. Tamm, untuk fatwanya yang baik yang mengiringi surat permohonan kami. Begitu juga tuan Assenraad, kami merasa wajib mengucap terima kasih atas cara pencukupan obat-obat yang sebanyak itu dari simpanan tuan.

Nyonya-nyonya dan tuan-tuan, untuk penutup khutbah kami yang pendek ini, perizinkanlah kiranya kami memberi kehormatan kepada Zr. Matles yang sudah bekerja untuk kami susah payah dan cara kerja kapannya mengumpulkan orang untuk kami, dan juga untuk kecakapannya menyalakan da’wah (propaganda) bagi pekerjaan ini.

Nyonya Suratman. Tuanlah yang menghias poliklinik ini sehingga baik pada pemandangan. Jika nanti tamu-tamu kita sesudah menyaksikan melihat poliklinik ini dengan riang hati berangkat pulang, percayalah kami, bahwa keriangan hati itu tersebab dari tuan.
***

Atas peran Sutomo bersama 16 koleganya sesama dokter serta Muhammadiyah Surabaya dalam membangun poliklinik Muhammadiyah, maka sidang Pengurus Besar Muhammadiyah Yogyakarta memutuskan mengangkat Sutomo menyadi Medisch Adviseur Muhammadiyah bidang kesehatan. Salah satu kerja yang menjadi bagian dari Penolong Kesangsaraan Umum (PKO).

Dalam sambutan pidato yang disampaikan, dr Soetomo dan kawan-kawannya menyatakan kesanggupan untuk memberikan bantuan tenaga kepada PKU Muhammadiyah. Dokter-dokter itu antara lain dr Soetopo, dr Sardjono, dr Heerdjan, dr Soewarno, dr Soeratman, dr Soehardjo, dr Soerjatin, dr Soekardi, dr Irsan, dr Muwaladi, dr Saleh, dr Djojohusodo, dr J.W. Grootings, dr Aziz, dr P.H.F. Neynhoff, dr A.J.F. Tilung dan dr Rabain.

Para dokter itu memberikan bantuan tenaga menurut giliran waktu dan keahliannya. Kemudian dr Soedjono-lah yang dalam kesehariannya menjadi dokter tetap sesuai kesepakatan para dokter tersebut. Kira-kira 3,5 bulan setelah berdiri, Poliklinik ini telah memberikan pertolongan pengobatan 3.975-an pasien. (arkoun abqaraya)

Diambil dari:
http://www.pwmu.co/5223/2016/04/ini-pidato-lengkap-dr-soetomo-saat-resmikan-rs-muhammadiyah-surabaya.html
http://www.pwmu.co/5223/2016/04/ini-pidato-lengkap-dr-soetomo-saat-resmikan-rs-muhammadiyah-surabaya.html/2

Monday, April 4, 2016

Anti-Terrorism Cooperation between the National Agency for Contra Terrorism and Civil Society: Study Case of Muhammadiyah Disengagement


Indra Putri, Rima Sari. 2013. "Anti-Terrorism Cooperation between the National Agency for Contra Terrorism and Civil Society: Study Case of Muhammadiyah Disengagement". Journal of Defense Management. 02 (04). 

Rima Sari Indra Putri*
Alumni of Post Graduate Defense Management, Indonesian Defense University in Cooperation with Cranfield University England, UK
Corresponding Author :     Rima Sari Indra Putri
Muhammadiyah University of Sidoarjo
Indonesia
E-mail: arcrima2001@yahoo.com

Received July 12, 2012; Accepted October 11, 2012; Published November 29, 2012

Citation: Indra Putri RS (2012) Anti-Terrorism Cooperation Between The National Agency For Contra Terrorism and Civil Society: Study Case of Muhammadiyah Disengagement. J Def Manag 2: 111. doi: 10.4172/2167-0374.1000111

Abstract


This research is about anti-terrorism cooperation between the National Agency for Counterterrorism (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme/BNPT) and civil society, study case Muhammadiyah disengagement in the signing of Memorandum Of Understanding between BNPT and Islamic organizations in 2011. The theory applies are Terrorism, Security sector reform and Cooperation. As civil society, Muhammadiyah has conducted anti-terrorism efforts through its structural and cultural roles in politic, socio-economic, diplomatic and education aspect. Unfortunately, there has not been any framework of cooperation established between Muhammadiyah and BNPT, due to several hindering factors. Firstly, Muhammadiyah and BNPT have different perspective in addressing issues on terrorism and anti terrorism methodology. Secondly, political conflict. Thirdly, BNPT’s constraints in time, human resources and funding. Forthly, lack of BNPT’s political will. Actually, Muhammadiyah possess ideological and organisational potential that may facilitate the dissemination of anti terrorism more effective and efficient. Therefore, this study recommends the need for BNPT and Muhammadiyah to strengthen organisational commitment and to start building communication. In addition, the concept of deradicalization applied by BNPT needs to be evaluated and developed. This study is a qualitative research and using descriptive analysis method.

Download article