Monday, June 29, 2015

Rumah Antik Milik Keluarga KH Ahmad Dahlan di Bangkok

Laporan dari Thailand
Rumah Antik Milik Keluarga KH Ahmad Dahlan di Bangkok
Avitia Nurmatari - d'traveler - Jumat, 26/06/2015 09:02 WIB

Rumah cucu KH Ahmad Dahlan (Avitia/detikTravel)
 Bangkok - Java Mosque lambat laut menjadi destinasi wisata muslim di Bangkok, Thailand. Masjid itu dulunya dibangun para imigran Jawa, termasuk keluarga KH Ahmad Dahlan. Rumah antik keluarga mereka menarik untuk ditengok.

KH Ahmad Dahlan adalah tokoh nasional pendiri Muhammadiyah, salah satu anaknya dulu pindah ke Thailand bersama beberapa orang Jawa. Mereka mendirikan pemukiman Jawa di Jalan Soi Charoen Rat 1 Yaek 9 di kawasan Sathorn, Bangkok, Thailand. Lokasinya dekat Stasiun BTS Surasak.

Saat detikTravel berkunjung ke sana beberapa pekan lalu, tidak hanya Java Mosque yang menarik perhatian saya. Sebuah rumah antik sangat menarik perhatian mata. Konsep arsitektur bergaya Eropa di tengah-tengah pemukiman padat penduduk cukup mencolok meski sedikit tertutup benteng di sekelilingnya.

Rumah cantik tersebut ternyata dihuni oleh cucu dari pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan yakni Marifah Dahlan. Interior luar rumah Marifah terkesan seperti rumah-rumah Eropa kolonial. Rumah bagian luar dicat warna-warna pastel. Suasana Eropa semakin kental dengan penambahan kursi-kursi taman.

Kedatangan detikTravel disambut baik. Marifah mempersilakan masuk ke ruangan yang sangat sejuk. Berbeda dengan interior luar rumah yang bergaya Eropa, interior dalam rumah sangat Indonesia dan mendominasi furnitur dari kayu jati mulai dari meja, lemari dan kursi.

Yang menarik, hampir di semua sudut di ruangan itu diisi oleh foto-foto keluarga. Ada juga di salah satu sudut, beberapa penghargaan yang diperoleh oleh ibunya Marifah yakni Zahara. Di sudut lainnya juga terdapat silsilah keluarga KH Ahmad Dahlan yang dipajang dalam bingkai kayu.

Marifah bercerita, dia merupakan generasi ketiga dari keluarga KH Ahmad Dahlan. Rumah tersebut sudah berusia lebih dari 100 tahun.Next


Rumah ini bergaya Eropa-Jawa (Avitia/detikTravel)
"Rumah ini direnovasi 35 tahun lalu. Bagian dalam tetap dipertahankan," ujar putri dari Irfan Dahlan saat berbincang dengan detikTravel.

Pemakaian kayu jati bukan tanpa alasan. Marifah menuturkan, KH Ahmad Dahlan pernah berjualan kayu jati ke China.

"Sehingga semuanya di ruangan ini memakai kayu jati," tutur Marifah.

Berada di rumah Marifah sangat nyaman dan bikin betah, serasa menemukan rumah yang Indonesia sekali. Meja makan diberi taplak meja dari kain tenun etnik. Lalu kursi dan sarung bantal kursi juga memakai kain dan motif Nusantara. Sungguh rumah yang cantik! Jika Anda berwisata religi ke Java Mosque di Bangkok, jangan lupa untuk melongok kecantikan rumah ini juga ya.

http://travel.detik.com/read/2015/06/26/090225/2952852/1520/rumah-antik-milik-keluarga-kh-ahmad-dahlan-di-bangkok

Friday, June 19, 2015

Obituari Dr. Said Tuhuleley: Muhammadiyah dan Pemberdayaan Masyarakat



Koran Sindo, Jum'at, 19 Juni 2015, hal. 8.

Obituari Dr. Said Tuhuleley
Muhammadiyah dan Pemberdayaan Masyarakat
Oleh Ahmad Najib Burhani*

Di luar komunitas Muhammadiyah, mungkin banyak yang tidak mengenal sosok Said Tuhuleley. Tapi bagi orang Muhammadiyah dan mereka yang mempelajari gerakan ini, maka dalam diri Pak Said Tuhuleley inilah jadi diri, karakter, dan kepribadian Muhammadiyah dapat ditemukan secara jernih.

Muhammadiyah, melalui UMM (Universitas Muhammadiyah Malang), menganugerahkan gelar kehormatan Doktor Honoris Causa (Dr. HC) kepada Pak Said pada Desember 2014 lalu. Penghargaan itu diberikan atas kegiatan akademik dan pemberdayaan masyarakat yang dilakukannya selama ini. Gelar itu adalah yang pertama diberikan UMM sejak kampus itu berdiri tahun 1964. Di lingkungan kampus Muhammadiyah seluruh Indonesia, gelar itu juga sedikit yang pernah diberikan kepada seseorang. Presiden Sukarno, misalnya, pernah mendapatkannya dari UMJ (Universitas Muhammadiyah Jakarta) tahun 1965. Enam bulan setelah Muhammadiyah memberikan penghargaan kepada kader terbaiknya, Pak Said dipanggil Yang Maha Kuasa untuk selamanya pada Selasa 9 Juni lalu.

Mengapa bisa dikatakan bahwa potret Muhammadiyah bisa dilihat pada sosok Pak Said? Sejak lahirnya pada 1912, inti dari gerakan Muhammadiyah sering diringkas dalam tiga kata: feeding (santunan dan pemberdayaan), schooling (pendidikan), dan healing (pengobatan dan penyehatan). Tiga gerakan inilah yang menyebabkan Muhammadiyah mampu memiliki 7.227 PAUD, TK, TPA, dan SD/MI; 2.915 SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK; 67 pesantren; 172 universitas, akademi, dan politeknik; 457 rumah sakit, klinik, dan poliklinik; serta 454 panti asuhan, rumah jompo, dan pusat rehabilitasi cacat (Maarif 2012). Bila dibandingkan dengan ormas Islam lain, baik ditingkat nasional maupun global, maka apa yang dimiliki Muhammadiyah itu adalah yang terbanyak. Tak ada ormas Islam dari negara manapun yang memiliki amal usaha sebanyak yang dimiliki oleh Muhammadiyah.

Namun demikian, sebagaimana berulangkali disampaikan oleh almarhum Pak Said, konsep dan
praktik amal usaha yang dilakukan oleh Muhammadiyah saat ini berbeda dari Muhammadiyah awal. Apa yang dilakukan Muhammadiyah pada dekade-dekade belakangan ini tidak bisa masuk pada definisi murni dari “amal usaha” dimana sebuah kegiatan sosial hanya berharap pahala akhirat dan orientasinya adalah untuk membantu orang miskin, terpinggirkan, dan tertindas. “Amal usaha Muhammadiyah pun dikelola sebagai industri jasa dan dilepaskan dari pengarusutamaan pemberdayaan rakyat miskin, sebagaimana Muhammadiyah pada periode awal ketika masih dipimpin K.H. Ahmad Dahlan” (Tuhuleley 2015).

Apa yang dilakukan Pak Said, terutama sejak Muktamar Muhammadiyah di Jakarta tahun 2000, adalah menggali dan mengangkat kembali prinsip yang melandasi gerak Muhammadiyah awal, serta memakanai dan mengimplementasikan dalam bentuk baru. Prinsip dari gerakan Muhammadiyah awal yang hendak dibangkitkan kembali oleh pak Said itu terutama adalah humanitarianisme non-sektarian. Prinsip ini mengacu pada berbagai dokumen sejarah yang menyebutkan bahwa “Pertolongan Moehammadijah b/g PKO itoe, boekan sekali-sekali soeatoe djaring kepada manoesia oemoemnja, soepaja dapat menarik hati akan masoek kepada agama Islam atau perserikatan Moehammadijah, itoe tidak, akan tetapi segala pertolongannja itoe semata-mata karena memenoehi kewadjiban atas agamanja Islam terhadap segala bangsa, tidak memandang agama” (Almanak Moehammadijah 1929).

Prinsip itu diterjemahkan oleh MPM (Majelis Pemberdayaan Masyarakat), dibawah pimpinan Pak Said, dalam bentuk pemberdayaan dan pertolongan kepada semua masyarakat tanpa memandang latar belakang agama dan golongan. Ini, misalnya, diwujudkan dalam bentuk bantuan dan advokasi terhadap komunitas Syiah Sampang yang mengalami diskriminasi dan pengusiran. Ketika banyak lembaga filantropi yang enggan membantu Syiah karena dianggap sebagai komunitas sesat, Muhammadiyah tak ragu ikut membantu dan mendampingi mereka.

Untuk metode pemberdayaan, Pak Said sering menekankan perbedaan antara zaman Muhammadiyah awal dan sekarang. Dulu banyak orang yang miskin karena kita hidup dibawah penjajahan. Sekarang ini banyak orang yang menjadi miskin, tak berdaya, dan termarjinalkan karena adanya kapitalisme global. “Kini kekuasaan TNC (Trans-National Capitalist Network) telah menaklukkan ekonomi negara yang sesungguhnya diperuntukkan bagi menegakkan kedaulatan dan kesejahteraan rakyat… kekuasaan TNCs yang besar seperti itu dimungkinkan terjadi karena ada perselingkuhan dengan elite nasional, kaum ‘komprador’” (Tuhuleley 2015). Orang menjadi miskin bukan karena malas bekerja. Banyak orang miskin yang justru bekerja 24 jam sehari dan tujuh hari dalam seminggu. Mereka menjadi miskin karena kondisi nasional dan global yang tidak memungkinkan mereka bangkit dari kemiskinannya.

Pak Said tidak hanya berkata, berdiskusi, dan berteori. Ia adalah ujung tombak dari gerakan melawan kemiskinan. Ia mengembalikan arti PKO dari “Pemberdayaan Kesejahteraan Ummat” kepada makna awal “Penolong Kesengsaraan Oemoem”, yang mengindikasikan bahwa PKO bukan hanya untuk umat Islam, tapi untuk semua manusia. Ia memilih untuk hidup membujang hingga meninggal dunia dan mendedikasikan umurnya (62 tahun) untuk Muhammadiyah, bangsa, dan kemanusiaan. Ia mendirikan beberapa Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pertanian Terpadu untuk memberdayakan masyarakat.

Pak Said tak pernah berhenti bekerja meski dalam kondisi sakit. Semboyan yang selalu diulangnya adalah, “Selama rakyat masih menderita, tidak ada kata istirahat.” Memang misi Pak Said belum sepenuhnya berhasil. Masih banyak orang yang miskin dan menderita. Tapi Tuhan telah memintamu untuk istirahat. Biarlah kami yang melanjutkan misi dan semangatmu. Selamat jalan Pak Said. Semoga engkau damai di sisi-Nya.
-oo0oo-

*Aktivis Muhammadiyah, Peneliti LIPI, dan doktor dari Universitas California – Santa Barbara

Saturday, June 13, 2015

Said Tuhuleley: Aktivis Sejati yang Autentik

In Memorium:

SAID TUHULELEY: AKTIVIS SEJATI YANG AUTENTIK

 Oleh Hajriyanto Y. Thohari

AKTIVIS Dr. (H.C.) Drs. H. Said Tuhuleley, MM., Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dalam dua periode (Periode 2005-2010 dan 2010-2015) yang sangat dinamis itu, meninggalkan kita tanggal 9 Juni 2015, malam, jam 23.33, di RS Dr. Sardjito, Yogyakarta, setelah menderita sakit dan dirawat beberapa lama di RS PKU Muhammadiyah. Putra Ambon yang lahir di Saparua 62 tahun yang lalu itu, menghabiskan sebagian besar hidupnya dan perjuangannya di Yogyakarta. Keluarga besar Muhammadiyah dan bangsa Indonesia kehilangan seorang aktivis yang sangat autentik (baca: tulen) yang mengabdikan dirinya sepanjang hidupnya untuk masyarakat lemah dengan prinsip sepi ing pamrih ramai ing gawe yang jauh dari pretensi politik, apalagi pencitraan dan publikasi. 
Pak Said, demikian ia biasa disapa, adalah aktivis sejati yang benar-benar total dan autentik. Ketika mahasiswa dia adalah aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan organisasi intra-universitas, bahkan pernah dipercaya menjadi Ketua Dewan Mahasiswa (DM) IKIP Yogyakarta (sekarang Universitas Negeri Yogyakarta, UNY) Periode 1977-1978, sebelum di-breidel oleh pemerintah. Setelah lulus sebagai sarjana Matematika (1982) dia menjadi aktivis Majelis Tabligh PP Muhammadiyah (1985-1990). Dari otak dan tangannya lahir sebuah lembaga yang namanya sangat unik, Bengkel Dakwah Muhammadiyah dan Laboratorium Dakwah yang menghasilkan Peta Dakwah yang terkenal itu yang kemudian diikuti dengan pelatihan-pelatihan instruktur dakwah (LID) yang digelar oleh Majelis Tabligh PP Muhammadiyah di seluruh Indonesia.
Sebagai akademisi, Said Tuhuleley sempat bekerja sebagai dosen dan Kepala Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pendidikan (LP3), Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Pada waktu yang hampir bersamaan juga menjadi sekretaris Majelis Pendidikan Tinggi PP Muhammadiyah, sebuah majelis yang boleh dikatakan baru (1990-an) dalam kelembagaan PP Muhammadiyah. Said bersama-sama dengan almarhum M. Jazman Al-Kindi berperan besar pada masa-masa formasi kelembagaan baru itu yang kemudian melahirkan embrio bagi perkembangan Perguruan-Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) yang kini mencapai jumlah 194 PTM, baik dalam bentuk universitas maupun sekolah tinggi, besar dan menengah.


Tetapi di atas segalanya, yang paling fenomenal adalah ketika sejak sepuluh tahun terakhir ini Pak Said dipercaya menjadi ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) melanjutkan rintisan Lembaga Tani, Buruh, dan Nelayan PP Muhammadiyah yang dipimpin oleh almarhum Dr. Muslim Abdurrahman yang tak kalah fenomenalnya itu. Pak Said lah yang berhasil secara gemilang melanjutkan, menyempurnakan, dan mengongkritkan langkah-langkah avant garde dari Dr. Muslim Abdurrahman. Pada sejatinya keduanya lah yang memulai melakukan langkah-langkah ekstensifikasi gerakan Muhammadiyah sehingga merambah dunia buruh, tani, dan nelayan, bidang yang selama ini berada di luar mainstrem gerakan Muhammadiyah. Muhammadiyah yang biasanya dikenal lebih menekuni bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial, di tangan Pak Said dan Mas Muslim mulai merambah dunia petani, buruh dan nelayan.

Pejuang mainstream baru

Dalam sepanjang aktivismenya Said Tuhuleley menunjukkan dirinya sebgai seorang yang sangat peduli dengan rakyat miskin dan kaum dhuafa. Dan dia sangat konsisten dengan ideologi itu. Dalam kesempatan Semiloka di Universitas Muhammadiyah Surakarta (2011) yang diikuti oleh MPM Wilayah dan Daerah se-Indonesia yang dibentuknya dan Lembaga Pengabdian Masyarakat PTM se-Indonesia pula, Said Tuhuleley menyatakan ketidakterimaannya bahwa 60% penduduk Indonesia yang bekerja pada sektor pertanian, peternakan, dan perikanan adalah miskin. Padahal mayoritas penduduk Indonesia memiliki mata pencaharian di sektor ini. Menurut pengamatannya pertanian rakyat, seperti tanaman pangan misalnya, telah mengalami leveliing-off:  pertanian dan masyarakat tani telah mengalami proses pemiskinan sistemik dan masif sehingga berapa pun input yang diberikan, produksi padi petani tidak bertambah. Hal ini ditambah dengan seringnya terjadi perubahan musim yang tak menentu, bencana alam, dan faktor-faktor lainnya, mengakibatkan seringnya terjadi kegagalan panen yang tambah merugikan para petani.

Berbeda dengan di Jepang, misalnya, petani dan buruh tani di Indonesia juga tidak memiliki posisi tawar yang baik, bahkan posisi tawarnya sangat rendah. Maka tidak mengherankan apabila perhatian pemerintah sangat kecil terhadap petani, buruh, dan nelayan. Bahkan banyak sekali kebijakan pemerintah yang langsung maupun tidak langsung merugikan mereka. Oleh karenanya, dalam pandangan Said Tuhuleley,  MPM perlu memberikan perhatian lebih serius pada advokasi kebijakan publik yang tidak sensitif dan akomodatif terhadap kehidupan rakyat miskin yang semakin terpinggirkan ini. Dengan upaya-upaya yang serius, sistematis, dan berkesinambungan ini, diharapkan kapasitas, daya saing, posisi tawar, dan intensitas pemberdayaan terhadap masyarakat golongan ini dapat diangkat dan ditingkatkan.

Sebagai ketua MPM dua periode baca: satu dasawarsa), Pak Said benar-benar intensif dan total menggeluti kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat. Dalam konteks gerakan Muhammadiyah sebelumnya bidang ini –mungkin agak dramatis dan tidak terlalu tepat--  bisa disebut non-mainstream atau bukan kelompok bidang yang menjadi arus utama. Pak Said berambisi besar menjadikan bidang yang non-mainstream ini hadir menjadi pembeda bagi gerkan Muhammadiyah abad pertama dan Muhammadiyah abad kedua. Maka menjelang memasuki abad yang kedua Muhammadiyah perlu merambah dan melakukan ekstensifikasi kegiatan ke bidang yang relatif baru bagi Muhammadiyah ini. Bersama trio-putra Saparua lainnya (Dr. Syafii Latuconsina pakar dan praktisi pertanian organik serta Iqbal Tuasikal, praktisi koperasi), Said Tuhuleley dengan MPM-nya berjalan berkeliling mengunjungi daerah-daerah dan cabang-cabang membimbing petani, buruh, dan nelayan untuk diberbadayakan.

Dengan dana Lazismu (Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Shadaqah Muhammadiyah), sebuah lembaga filantropi Muhammadiyah yang juga relatif baru, Pak Said menjadi semakin keranjingan dengan program-program pemberdayaan masyarakat. Dia membina petani-petani di Kokoda (Kabupaten Sorong, Papua Barat), petani Kakao di Sumatera Barat, nelayan di danau Maninjau  (Sumatera Barat), petani di Sidoarjo, Karanganyar, Klaten, Kebumen, Ambon, Sulawesi Selatan, bahkan Aceh, dan daerah-daerah pelosok Indonesia. Selaku Ketua Lazismu Muhammadiyah saya kewalahan mengikuti aktivitas Pak Said yang sangat tinggi sehingga hanya mampu menyertainya pada saat-saat panen raya, itupun sebagian kecil saja. Bachtiar Kurniawan, sekretaris MPM yang masih sangat muda belia itu pun menyatakan kewalahannya mengikuti irama Pak Said dalam bekerja. Tapi dia sangat beruntung berkesempatan untuk belajar banyak hal dari Said Tuhuleley selama melayaninya bekerja memberdayakan kaum dhuafa dengan penuh keikhlasan melalui MPM.

Intelektul sekaligus aktivis

Tidak syak lagi Said bukan hanya seorang pekerja (man of action), tetapi juga sekaligus intelektual (man of reflection). Di dalam dirinya tercermin ativisme sekaligus intelektualisme. Dan dia memang bisa memadukan keduanya itu, aktivisme dan intelektualisme, dengan sangat baik dan serasi: dia adalah aktivis dan intelektual yang par excellence. Seluruh program pemberdayaan masyarakat yang dilakukannya didasarkan pada -dan ditopang dengan- ilmu pengetahuan yang secara konseptual memadai sehingga selalu memiliki nilai-nilai strategis yang tinggi, terutama jika diletakkan dalam konteks kerja pemberdayaan masyarakat dan kerja-kerja kemanusiaan.

Sebagai intelektual yang bergerak bukan hanya di tataran praksis, Pak Said menulis banyak buku, di antaranya Masa Depan Kemanusiaan (2003) setebal 215 halaman bersama Adde Marup WS dan Haedar Nashir; Pendidikan: kemerdekaan diri, dan hak si miskin untuk bersekolah  (Pusat Studi Muhammadiyah, 2005 - 184 halaman); Permasalahan abad XXI: sebuah agenda: kumpulan karangan (SIPRESS, 1993 - 202 halaman); Profile Anggota Muhammadiyah, dan banyak artikel ilmiah tentang pemberdayaan masyarakat. Tulisan-tulisannya sangat bbanyak dan artikulatif mengingat dia juga menjadi Pemimpin Umum dan Pemimpin Redaksi Jurna Ilmiah Inovasi yang diterbitkan oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Benang merah pemikiran Said Tuhuleley, sebagaimana tampak dari tulisan-tulisannya tersebut, adalah bahwa dalam masyarakat yang pluralistik tak ada kemungkinan untuk mengembangkan sebuah etos kemanusiaan bersama kecuali atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Cita-cita humanistik tersebut tidak menjauhkan dari ketuhanan, meskipun dari sejarah humanisme, kita tahu bahwa humanisme memang dipergunakan untuk menjauhkan manusia dari agama. Tetapi baginya tidak ada alasan mengapa kemanusiaan dilepaskan oleh orang-orang beragama kepada orang-orang tidak beragama. Baginya kerja kemanusiaan adalah bagian integral dari kerja keagamaan.

Itulah sebabnya mengapa Said sangat membuncah hatinya ketika gerakan  Muhammadiyah dengan penuh antusiasme merambah ke dunia pertanian dan nelayan. Baginya kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat petani dan nelayan merupakan implementasi dari kan apa yang dikenal dengan Teologi Al-Ma’un yang juga dirumuskan dan dielaborasi oleh Dr. Muslim Abdurrahman dari ajaran KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah,  atau gagasan Tauhid Sosial yang dilontarkan oleh Prof Dr Amien Rais, Ketua PP Muhammadiyah (1995-2000), dan Islam Berkemadjoean KH Ahmad Dahlan yang direinterpretasikan dan direaktualisasik oleh Dr. Din Syamsuddin, Ketua Umum PP Muhammadiyah (2005-2010 dan 2010-2015) dalam gerakan pencerahan peradaban atau tanwir itu. Dalam konteks dan perspektif ini tidak berlebihan lah manakala saya menyatakan dengan tegas bahwa Said Tuhuleley adalah kekuatan operasional dari gagasan-gagasan Teologi al-Ma’un, Tauhid Sosial, dan Islam Berkemajoean itu.

Berkat pemikiran-pemikirannya yang mendalam (reflektif) dan membumi (praksis), serta aktifitas nyata yang total melalui MPM PP Muhammadiyah itu, Said Tuhuleley dianugerahi penghargaan Doctor Honoris Causa (H.C.) dalam bidang Pemberdayaan Masyarakat oleh Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Dia  berhasil secara gemilang mendorong dan menggerakkan Muhammadiyah untuk mulai merambah dalam bidang pemberdayaan masyarakat dhuafa yang memerlukan bantuan dan sentuhan perhatian. Prof Malik Fadjar selaku Promotor dan Prof. Dr. Ishomuddin, MS, sebagai Co-Promotor, telah dengan tepat menilai bahwa Said Tuhuleley adalah tokoh Muhammadiyah, umat, dan bangsa yang telah terbukti mengembangkan ilmu pengetahuan dan konsisten mengamalkannya untuk masyarakat dan kemanusiaan dengan penuh dedikasi. Ilmu tanpa amal adalah laksana pohon yang tidak berbuah, dan amal tanpa ilmu akan kehilangan konteks sosial dan historisnya.

Muhammadiyah dan bangsa ini beruntung mendapatkan kader dengan kualifikasi seperti dirinya. Kini beliau telah meninggalkan kita semua untuk selamanya. Hidupnya sepanjang lebih dari enam dasawarsa itu tidak sia-sia. Ilmu dan pengalaman yang ditinggalkannya menjadi warisan dan amal jariyah yang sungguh sangat berharga bagi kerja-kerja kemanusian generasi-generasi baru berikutnya sebagai pelanjut estafeta perjuangan selanjutnya. Semoga Allah SWT menerima ibadah dan amal jariyahnya. Allahummaghfirlahu warhamhu wa ‘afihi wa’fu ‘anhu. Selamat jalan, DR (HC) Said Tuhuleley, MM!

-H-

Hajriyanto Y. Thohari, Ketua Badan Pengurus LAZISMU PP Muhammadiyah dan mantan Wakil Ketua MPR RI (2009-2014). (Tulisan ini dimuat di harian Republika, edisi Sabtu, 13 Juni 2015).

Thursday, June 11, 2015

Muktamar Dua Gerakan Kebudayaan

Dr Biyanto 
Dosen Fakultas Ushuluddin & Filsafat, UINSA

TIDAK berlebihan jika dikatakan bahwa Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) merupakan gerakan kebudayaan. Dua organisasi masyarakat (ormas) itu telah banyak berjuang melalui jalur kultural. Yang menarik, keduanya akan bermuktamar dalam waktu yang hampir bersamaan tahun ini. Diawali pelaksanaan Muktamar Ke-33 NU di Jombang pada 1–5 Agustus. Dilanjutkan Muktamar Ke-47 Muhammadiyah di Makassar pada 3–7 Agustus.

Dalam banyak hal, Muhammadiyah dan NU menunjukkan perjuangan yang hampir sama. Keduanya menjadikan organisasi sebagai media untuk mendakwahkan Islam yang moderat. Keduanya juga bekerja di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan amal sosial lainnya. Yang berbeda adalah strategi dakwah, pendekatan, budaya berorganisasi, dan karakter anggotanya.

Juga ada perbedaan yang bersifat furu’iyah (cabang) dalam memahami dan mempraktikkan ajaran agama.
Sejumlah kesamaan dalam berkiprah itu menegaskan bahwa Muhammadiyah dan NU semestinya bersinergi untuk memperbaiki kualitas hidup umat. Keduanya harus lebih banyak melakukan pertemuan informal sehingga dapat saling bertegur sapa dan menjauhkan diri dari prasangka.
J
ika menengok sejarah, seharusnya memang tidak ada halangan bagi Muhammadiyah dan NU untuk bersinergi. Apalagi jika melihat hubungan pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan dan pendiri NU KH Hasyim Asy’ari. Pendiri dan ideolog dua gerakan kebudayaan itu tercatat pernah belajar di Makkah pada guru yang sama, yakni Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi. Ahmad Khatib merupakan ulama besar kelahiran Minangkabau yang bermukim di Makkah. Dia telah menjadi guru bagi ulama Nusantara yang pergi haji sekaligus belajar di Tanah Suci.

Sejumlah ulama Muhammadiyah juga pernah nyantri di pesantren NU. Salah satunya adalah tokoh Muhammadiyah asal Lamongan, Jawa Timur, KH Abdurrahman Syamsuri al hafiz. Beliau pernah nyantri di Tebuireng dan diasuh langsung KH Hasyim Asy’ari. Bahkan, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Din Syamsuddinjugaseringmenceritakan pengalamannya saat ”menjadi NU”. Menurut pengakuannya, Din pernah menjadi aktivis Ikatan Putra Nahdlatul Ulama (IPNU).
 
Pengalaman beberapa tokoh itu menunjukkan bahwa Muhammadiyah dan NU sesungguhnya memiliki modal sosial untuk bersinergi. Tetapi harus diakui, hubungan keduanya terkadang mengalami pasang surut. Itu terjadi tatkala keduanya bersinggungan dengan persoalan politik. Misalnya saat keduanya terlibat dalam Partai Masyumi pada masa Orde Lama. Demikian juga halnya saat sebelum dan sesudah pelengseran KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai presiden.

Tetap, di luar urusan politik, dua ormas tersebut dapat bersinergi dengan baik. Sebagai contoh, Buya Syafi’i Ma’arif (PP Muhammadiyah) dan KH Hasyim Muzadi (PB NU) pernah bersama-sama melakukan kunjungan ke luar negeri untuk menjelaskan Islam sebagai agama rahmatan lil alamin. Penjelasan dua tokoh tersebut penting untuk meluruskan pemahaman Barat terhadap Islam yang selalu dikaitkan dengan radikalisme dan terorisme. Melihat kiprah Muhammadiyah dan NU dalam sejarah bangsa ini, rasanya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa keduanya merupakan aset yang sangat berharga.

Tokoh Muhammadiyah dan NU menyadari bahwa Indonesia adalah negara yang ber-Bhinneka. Meski begitu, Indonesia harus tetap Tunggal Ika. Dengan kata lain, negeri ini harus berdiri tegak di atas prinsip unity in diversity (bersatu dalam keragaman). Nilai-nilai itulah yang selalu digelorakan tokoh Muhammadiyah dan NU. Tokoh dua ormas itu juga berkomitmen mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai warisan dari the founding father yang bersifat final.
 
Komitmen keduanya dalam mewujudkan wajah Islam yang moderat dan tegaknya NKRI penting untuk menangkal virus radikalisme. Dengan mendakwahkan Islam yang moderat, inklusif, dan bermazhab tengah (al-wasath), keduanya jelas memiliki sumbangsih yang besar bagi negeri ini.

Karena itu, tidak mengherankan jika dunia banyak berharap pada teladan Islam di Nusantara. Itu berarti Indonesia harus menjadi mozaik Islam mazhab tengahan yang moderat dan saling menghargai di tengah keragaman. Persoalan pluralitas tersebut penting menjadi atensi. Sebab, jika diamati, pluralitas bangsa, dilihat dari etnis, budaya, dan agama, sungguh luar biasa. Hebatnya, kondisi plural tidak menghalangi bangsa ini untuk hidup berdampingan.

Dengan demikian, dapat dikatakan, warga bangsa ini telah menerapkan nilai-nilai agree in disagreement (bersepakat dalam perbedaan). Jika ditanya mengapa bangsa ini dapat hidup rukun meski faktanya sangat beragam, jawabannya, kondisi itu terjadi berkat dakwah kebudayaan Muhammadiyah dan NU sehingga melahirkan wajah Islam moderat di tanah air.

Ibarat sayap, dua ormas tersebut harus terus mengembang. Tidak boleh ada salah satu sayap yang patah. Rasanya tidak terbayang jika dua gerakan kebudayaan itu tidak lahir dari rahim negeri tercinta. Jika keduanya tidak ada, barangkali kita akan menyaksikan negeri ini mengalami kehancuran peradaban layaknya Iraq, Syria, Mesir, Libya, Nigeria, dan Yaman. Negara-negara tersebut kini terus membara karena gagal mengatasi persoalan kemajemukan.

Artikel ini dimuat di Opini Jawa Pos 25 Mei 2015

Tuesday, June 9, 2015

Kerjasama Internasional: Muhammadiyah - Rusia


"Dari keseluruhan jumlah populasi Rusia, jumlah kaum Muslim mendekati 20 persen dan di masa depan akan semakin berkembang," kata Hamid saat berbicara di seminar hubungan Rusia dan dunia Islam di kantor pusat Muhammadiyah di Jakarta, pada Selasa (9/6/2015).

Hamid mengatakan, salah satu faktor yang membuat Islam di Rusia terus berkembang adalah soliditas antara umat Muslim di negara tersebut. "Kelebihan dari Muslim Rusia adalah solid satu sama lain dan soliditas itu merupakan modal sosial untuk berkembangnya umat Muslim di negara itu." sambungnya.

Dirinya menuturkan, Islam mulai berkembang di Rusia paska runtuhnya Uni Soviet. Pada masa Soviet, lanjutnya, Islam dan beberapa agama lain sangat tertekan. Jadi setelah Soviet runtuh, Islam dan banyak agama seperti bebas dari belenggu yang menahan mereka.

Pernyataan Hamid ini sendiri diamini oleh Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhael Y Galuzin, yang sama-sama mengatakan jumlah populasi Muslim di Rusia mencapai 20 persen dari total populasi Rusia. Bahkan, Galuzin menyebut Islam telah menjadi agama mayoritas di tujuh negara bagian federasi Rusia.

"Umat Muslim di Rusia sudah mencapai 20 juta orang atau nomor dua terbesar. Alasan berkembangnya Muslim di Rusia adalah karena merupakan agama tradisional yang turun temurun antara keluarga, selain itu ada banyak imigran dari Azerbaijan dan beberapa negara Asia Tengah yang masuk ke Rusia," ucap Galuzin.


(esn)

source: http://international.sindonews.com/read/1010761/40/islam-kian-berkembang-di-rusia-1433856848

 
  
Islam Kian Berkembang di Rusia
Victor Maulana
Selasa, 9 Juni 2015 − 20:34 WIB
JAKARTA - Mantan Duta Besar Indoensia untuk Rusia, Hamid Awaludin mengatakan, Islam menjadi salah satu agama yang paling berkembang di Rusia. Menurutnya, saat ini jumlah umat Muslim di Rusia hampir mencapai 20 persen dari total populasi warga Rusia.

"Dari keseluruhan jumlah populasi Rusia, jumlah kaum Muslim mendekati 20 persen dan di masa depan akan semakin berkembang," kata Hamid saat berbicara di seminar hubungan Rusia dan dunia Islam di kantor pusat Muhammadiyah di Jakarta, pada Selasa (9/6/2015).

Hamid mengatakan, salah satu faktor yang membuat Islam di Rusia terus berkembang adalah soliditas antara umat Muslim di negara tersebut. "Kelebihan dari Muslim Rusia adalah solid satu sama lain dan soliditas itu merupakan modal sosial untuk berkembangnya umat Muslim di negara itu." sambungnya.

Dirinya menuturkan, Islam mulai berkembang di Rusia paska runtuhnya Uni Soviet. Pada masa Soviet, lanjutnya, Islam dan beberapa agama lain sangat tertekan. Jadi setelah Soviet runtuh, Islam dan banyak agama seperti bebas dari belenggu yang menahan mereka.

Pernyataan Hamid ini sendiri diamini oleh Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhael Y Galuzin, yang sama-sama mengatakan jumlah populasi Muslim di Rusia mencapai 20 persen dari total populasi Rusia. Bahkan, Galuzin menyebut Islam telah menjadi agama mayoritas di tujuh negara bagian federasi Rusia.

"Umat Muslim di Rusia sudah mencapai 20 juta orang atau nomor dua terbesar. Alasan berkembangnya Muslim di Rusia adalah karena merupakan agama tradisional yang turun temurun antara keluarga, selain itu ada banyak imigran dari Azerbaijan dan beberapa negara Asia Tengah yang masuk ke Rusia," ucap Galuzin.

(esn)

source: http://international.sindonews.com/read/1010761/40/islam-kian-berkembang-di-rusia-1433856848

Ini Pandangan Rusia tentang Islam yang Sebenarnya
Victor Maulana
Selasa, 9 Juni 2015 − 17:39 WIB
Ini Pandangan Rusia tentang Islam yang Sebenarnya
Victor Maulana
Selasa, 9 Juni 2015 − 17:39 WIB

source: http://international.sindonews.com/read/1010691/40/ini-pandangan-rusia-tentang-islam-yang-sebenarnya-1433846368
JAKARTA - Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhael Y Galuzin, mengungkapkan pandangan masyarakat Rusia mengenai agama Islam. Menurutnya, mayoritas warga Rusia menilai Islam sebagai agama yang cinta damai.

"Pertama, mayoritas penduduk Rusia menggagap Islam sebagai agama yang cinta damai, agama yang menghormati semua pihak, agama yang toleran," kata Galuzin usai menghadiri seminar hubungan Rusia dan dunia Islam di kantor pusat Muhammadiyah, di Jakarta, pada Selasa (9/6/2015).

Diplomat senior Rusia itu juga mengatakan bahwa, warga Rusia tidak mudah terpengaruh dengan banyaknya aksi terorisme mencatut nama Islam. Menurut Galuzin, warga Rusia menilai para kelompok teroris tersebut tidak ada hubunganya sama sekali dengan Islam.

"Kita tidak disesatkan, mayoritas masyarakat di Rusia yang tidak disesatkan dengan para teroris yang membawa -bawa Islam dalam aksi mereka, yang fungsinya untuk menutupi tujuan kotor mereka yang sesungguhnya, yang sejatinya tidak berhubungan dengan Islam," katanya.

Sementara itu, dalam seminar tersebut, Galuzin memberikan gambaran mengenai perkembangan Islam di Rusia. Dia menjelasakan bahwa, Islam di Rusia sudah sangat berkembang. Bahkan, Galuzin menyebut Islam telah menjadi agama mayoritas di setidaknya tujuh negara bagian Rusia, yang berada di bagian selatan Rusia.

(esn)

source: http://international.sindonews.com/read/1010691/40/ini-pandangan-rusia-tentang-islam-yang-sebenarnya-1433846368

JAKARTA - Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhael Y Galuzin, mengungkapkan pandangan masyarakat Rusia mengenai agama Islam. Menurutnya, mayoritas warga Rusia menilai Islam sebagai agama yang cinta damai.

"Pertama, mayoritas penduduk Rusia menggagap Islam sebagai agama yang cinta damai, agama yang menghormati semua pihak, agama yang toleran," kata Galuzin usai menghadiri seminar hubungan Rusia dan dunia Islam di kantor pusat Muhammadiyah, di Jakarta, pada Selasa (9/6/2015).

Diplomat senior Rusia itu juga mengatakan bahwa, warga Rusia tidak mudah terpengaruh dengan banyaknya aksi terorisme mencatut nama Islam. Menurut Galuzin, warga Rusia menilai para kelompok teroris tersebut tidak ada hubunganya sama sekali dengan Islam.

"Kita tidak disesatkan, mayoritas masyarakat di Rusia yang tidak disesatkan dengan para teroris yang membawa -bawa Islam dalam aksi mereka, yang fungsinya untuk menutupi tujuan kotor mereka yang sesungguhnya, yang sejatinya tidak berhubungan dengan Islam," katanya.

Sementara itu, dalam seminar tersebut, Galuzin memberikan gambaran mengenai perkembangan Islam di Rusia. Dia menjelasakan bahwa, Islam di Rusia sudah sangat berkembang. Bahkan, Galuzin menyebut Islam telah menjadi agama mayoritas di setidaknya tujuh negara bagian Rusia, yang berada di bagian selatan Rusia.


(esn)

source: http://international.sindonews.com/read/1010691/40/ini-pandangan-rusia-tentang-islam-yang-sebenarnya-1433846368
 
JAKARTA - Mantan Duta Besar Indoensia untuk Rusia, Hamid Awaludin mengatakan, Islam menjadi salah satu agama yang paling berkembang di Rusia. Menurutnya, saat ini jumlah umat Muslim di Rusia hampir mencapai 20 persen dari total populasi warga Rusia.

"Dari keseluruhan jumlah populasi Rusia, jumlah kaum Muslim mendekati 20 persen dan di masa depan akan semakin berkembang," kata Hamid saat berbicara di seminar hubungan Rusia dan dunia Islam di kantor pusat Muhammadiyah di Jakarta, pada Selasa (9/6/2015).

Hamid mengatakan, salah satu faktor yang membuat Islam di Rusia terus berkembang adalah soliditas antara umat Muslim di negara tersebut. "Kelebihan dari Muslim Rusia adalah solid satu sama lain dan soliditas itu merupakan modal sosial untuk berkembangnya umat Muslim di negara itu." sambungnya.

Dirinya menuturkan, Islam mulai berkembang di Rusia paska runtuhnya Uni Soviet. Pada masa Soviet, lanjutnya, Islam dan beberapa agama lain sangat tertekan. Jadi setelah Soviet runtuh, Islam dan banyak agama seperti bebas dari belenggu yang menahan mereka.

Pernyataan Hamid ini sendiri diamini oleh Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhael Y Galuzin, yang sama-sama mengatakan jumlah populasi Muslim di Rusia mencapai 20 persen dari total populasi Rusia. Bahkan, Galuzin menyebut Islam telah menjadi agama mayoritas di tujuh negara bagian federasi Rusia.

"Umat Muslim di Rusia sudah mencapai 20 juta orang atau nomor dua terbesar. Alasan berkembangnya Muslim di Rusia adalah karena merupakan agama tradisional yang turun temurun antara keluarga, selain itu ada banyak imigran dari Azerbaijan dan beberapa negara Asia Tengah yang masuk ke Rusia," ucap Galuzin.


(esn)

source: http://international.sindonews.com/read/1010761/40/islam-kian-berkembang-di-rusia-1433856848

JAKARTA - Mantan Duta Besar Indoensia untuk Rusia, Hamid Awaludin mengatakan, Islam menjadi salah satu agama yang paling berkembang di Rusia. Menurutnya, saat ini jumlah umat Muslim di Rusia hampir mencapai 20 persen dari total populasi warga Rusia.

"Dari keseluruhan jumlah populasi Rusia, jumlah kaum Muslim mendekati 20 persen dan di masa depan akan semakin berkembang," kata Hamid saat berbicara di seminar hubungan Rusia dan dunia Islam di kantor pusat Muhammadiyah di Jakarta, pada Selasa (9/6/2015).

Hamid mengatakan, salah satu faktor yang membuat Islam di Rusia terus berkembang adalah soliditas antara umat Muslim di negara tersebut. "Kelebihan dari Muslim Rusia adalah solid satu sama lain dan soliditas itu merupakan modal sosial untuk berkembangnya umat Muslim di negara itu." sambungnya.

Dirinya menuturkan, Islam mulai berkembang di Rusia paska runtuhnya Uni Soviet. Pada masa Soviet, lanjutnya, Islam dan beberapa agama lain sangat tertekan. Jadi setelah Soviet runtuh, Islam dan banyak agama seperti bebas dari belenggu yang menahan mereka.

Pernyataan Hamid ini sendiri diamini oleh Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhael Y Galuzin, yang sama-sama mengatakan jumlah populasi Muslim di Rusia mencapai 20 persen dari total populasi Rusia. Bahkan, Galuzin menyebut Islam telah menjadi agama mayoritas di tujuh negara bagian federasi Rusia.

"Umat Muslim di Rusia sudah mencapai 20 juta orang atau nomor dua terbesar. Alasan berkembangnya Muslim di Rusia adalah karena merupakan agama tradisional yang turun temurun antara keluarga, selain itu ada banyak imigran dari Azerbaijan dan beberapa negara Asia Tengah yang masuk ke Rusia," ucap Galuzin.


(esn)

source: http://international.sindonews.com/read/1010761/40/islam-kian-berkembang-di-rusia-1433856848

Sunday, June 7, 2015

16 PCIM (Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah) - Luar Negeri

Saat ini ada 16 PCIM Luar Negeri yg sdh ditetapkan oleh PP Muhammadiyah

1. PCIM Kairo-Mesir

Ditetapkan dengan SK PP Muhammadiyah nomor 137/KEP/I.0/B/2002
Tanggal 18 Ramadhan 1423 H / 23 November 2002 M
Alamat : BUILD 113/2 10TH DISTRIC NASR CITY,CAIRO, TEL 201123141969/20117260504 email : kontakpcimesir.com, Ketua Umum Nuhdi Febriansyah, Lc

2. PCIM Republik Islam Iran

Ditetapkan dengan SK PP Muhammadiyah nomor 83/KEP/I.0/B/2005 07
Tanggal Rajab1426 H 10 Agustus 2005 M
Alamat : 20, Mitri Fajr Street No. 43 Foreign Student Apartment Zambil Abad Qum, Islamic Republic of Iran telp. 098-251-2902981,7735063
email: pcim_qom@yahoo.co.uk

3. PCIM Khartoum – Sudan
Ditetapkan dengan Surat Keputusan PP Muhammadiyah nomor 26/KEP/I.0/B/2006 Tanggal 07 Dzulhijjah 1426 H / 07 Januari 2006 M
Alamat:

4. PCIM Belanda
Ditetapkan dengan Surat Keputusan PP Muhammadiyah nomor 152/KEP/I.0/B/2006 Tanggal 13 Zulqa’dah 1427 H / 04 Desember 2006 M
Alamat: Dedemvaartsweg 369 2545DE Den Haag The Royal Netherland
Email: pcimbelanda@gmail.com Telpon +31(70) 8885732 fax. +31 (70) 3681229

5. PCIM Jerman
Ditetapkan dengan Surat Keputusan PP Muhammadiyah nomor 07/KEP/I.0/B/2007 Tanggal 03 Muharram 1428 H / 22 Januari 2007 M
Alamat: Auf dem Draun 17B, Muenster 48149 Jerman, telp. +49-251-88252 Fax. +49-251-82338 email:
pcim.jerman@yahoo.com

6. PCIM Inggris

Ditetapkan dengan Surat Keputusan PP Muhammadiyah nomor 34/KEP/I.0/B/2007 Tanggal 04 R. Awwal 1428 H / 23 Maret 2007 M


7. PCIM Libya

Ditetapkan dengan Surat Keputusan PP Muhammadiyah nomor 55/KEP/I.0/B/2007 Tanggal 02 Jumadal Ula 1428 H / 19 Mei 2007 M

8. PCIM Kuala Lumpur

Ditetapkan dengan Surat Keputusan PP Muhammadiyah nomor 96/KEP/I.0/B/2007 Tanggal 03 Rajab 1428 H 18 Juli 2007 M
Email: penguruspcimkl@yahoogroups.com

9. PCIM Perancis
Ditetapkan dengan Surat Keputusan PP Muhammadiyah nomor 41/KEP/I.0/B/2008 Tanggal 02 Shafar 1429 H / 09 Februari 2008 M
Alamat:
Ketua umum : Afifuddin Latif A, MSc

10. PCIM Amerika Serikat

Ditetapkan dengan Surat Keputusan PP Muhammadiyah nomor 52/KEP/I.0/B/2008 , Tanggal 05 Rabi’ul Awwal 1429 H / 13 Maret 2008 M
Alamat 20420 Stanford Ave Riverside California 92507 United States
Website: http://www.pcim-northamerica.org Email: muali@ucr.edu; azriansyah@gmail.com
Emailnya shamsiali1@aol.com twitternya @ShamsiAli2

11. PCIM Jepang
Ditetapkan dengan Surat Keputusan PP Muhammadiyah nomor 83/KEP/I.0/B/2008 Tanggal 08 Jumadal Ula 1429 H / 08 Mei 2008 M
Alamat: Japan Muslim Assosiation, Yoyogi, Tokyo, Jepang. Tokyo 153-0063 Meguro-ku Meguro 4-6-6 Indonesian School Twitter: @PCIMjpn

12. PCIM Rusia

Berdiri berdasarkan SK PP Muhammadiyah No. 262/KEP/I.O/B/2012 tanggal 23 Muharam 1434 H/07 Desember 2012
Alamat : Sekretariat: Miklukho-Maklaya Ulitsa 13, Korpus 5, Ruang 515, Moskow, Rusia Telp. +79611730422, +79645740633Email: pcim19rusia@gmail.com Skype: pcim_rusia Facebook: Rusia Muhammadiyah Twitter : @pcim19rusia
Ketua : Ust. Kusen, M.A.

13. PCIM Turkey
Alamat: Avanos, Turkey 38.706001,34.845001
Email:
Ketua umum :

14. PCIM Taiwan

Ditetapkan dengan SK PP Muhammadiyah No 39/KEP/I.O/B/2014,
di Jogjakarta tanggal 25 Rabiul A wwal 1435 H/25 Pebruari 2014
Alamat : near Bei 32, Nangang District, Taipei City, Taipei City 115, Taiwan
Email :muhtaiwan@gmail.com
Ketua umum : Adam Jerussalem, S.T., S.H., M.T.

15.PCIM Australia westhern
Ketua : Joni Safaat Adiansyah - Email: joni.adiansyah@gmail.com
Agung Subiantoro - Email: azolla.sp@gmail.com
muhammadiyah.wa@gmail.com
atau muhammadiyah_wa@yahoo.com.au

16. PCIM Australia
Berdiri berdasarkan SK PP Muhammadiyah No. 118/KEP/I.O/B/2010 ditetapkan di Jogjakarta, tanggal 21 Jumadil akhir 1431 H/04 Juni 2009
Ketua Endro Dwi Hatmanto
Kedudukan di Melbourne, Australia


Data diperoleh dari: Hamzah Hasyim