Tuesday, November 24, 2009

Muhammadiyah Mantapkan Peran: Lakukan Pembaruan Tahap Kedua

KO M PA S / P R I YO M B O D O
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin (kiri) berbincang dengan Ketua MPR Taufik Kiemas dan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Hasyim Muzadi di sela-sela Syukuran Satu Abad Muhammadiyah di Kantor PP Muhammadiyah, Jakarta Pusat, Selasa (24/11) malam.

Rabu, 25 November 2009 | 04:13 WIB

Jakarta, Kompas - Memasuki usia satu abad, Persyarikatan Muhammadiyah akan memantapkan peran dalam memajukan bangsa. Muhammadiyah juga akan terus menjaga hubungan proporsional dengan pemerintah, akan mendukung program pembangunan yang baik, tetapi sekaligus mengkritik pemerintah jika menyimpang dari konstitusi.

Demikian disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin dalam acara Syukuran Satu Abad Muhammadiyah di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Menteng, Jakarta, Selasa (24/11) malam.

Pada usia 100 tahun ini Muhammadiyah bertekad untuk melakukan pembaruan tahap kedua. ”Pada babak baru itu Muhammadiyah akan melakukan transformasi gerakan untuk menawarkan pemikiran-pemikiran alternatif,” kata Din dalam sambutannya.

Transformasi juga dilakukan dalam mengembangkan basis kekuatan ekonomi dan mendinamisasi masyarakat madani agar lebih otonom dan bermoral. Upaya lain adalah mengembangkan basis kekuatan ekonomi, penguatan gerakan perempuan, dan mereformasi amal usaha.

Dalam kehidupan berbangsa, lanjut Din, Muhammadiyah akan terus memantapkan peran dalam merekonstruksi pranata sosial berbasis kebudayaan Indonesia yang modern dan religius. Untuk itu, Muhammadiyah mengajak seluruh masyarakat untuk kembali pada karakter bangsa yang sesungguhnya. Masyarakat diminta untuk mengembangkan budaya hidup religius, rukun, dan damai agar Indonesia tumbuh menjadi bangsa yang unggul dan berperadaban luhur.

Muhammadiyah mengajak seluruh elemen bangsa untuk melakukan revitalisasi visi dan karakter bangsa. Pembentukan kembali karakter bangsa penting dilakukan untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang berharkat dan bermartabat.

Sebagai gerakan dakwah, Muhammadiyah akan terus menjaga hubungan proporsional dengan pemerintah. ”Muhammadiyah akan mendukung pemerintah asal pemerintah baik dan benar,” ujar Din.

Sebaliknya, Muhammadiyah tidak akan segan mengkritik pemerintah jika menyimpang dari konstitusi, apalagi nilai agama dan budaya luhur bangsa.

Acara Syukuran Satu Abad Muhammadiyah dihadiri sejumlah tokoh Muhammadiyah, seperti Amien Rais dan Malik Fajar. Syukuran juga dihadiri Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Hasyim Muzadi, Ketua MPR Taufik Kiemas, Ketua DPR Marzuki Alie, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Patrialis Akbar, Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD, dan tokoh lainnya.

Dalam sambutannya, Taufik mengucapkan selamat ulang tahun yang ke-100. Dia memberikan apresiasi kepada Muhammadiyah yang terus berjuang di bidang pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial. Muhammadiyah sudah melahirkan generasi muda terdidik yang siap mengangkat martabat bangsa.

Muhammadiyah lahir pada 8 Zulhijah 1330 Hijriah, bertepatan dengan 18 November 1912 Masehi. Persyarikatan itu didirikan oleh KH Ahmad Dahlan di Yogyakarta. Selama satu abad berdiri, Muhammadiyah memiliki ribuan ranting di Indonesia dan ranting istimewa di 18 negara.

Muhammadiyah juga memiliki belasan ribu sekolah, 167 perguruan tinggi, ratusan panti sosial, dan ribuan amal usaha lain, termasuk amal usaha yang berkaitan dengan pemberdayaan ekonomi rakyat. (NTA)

No comments:

Post a Comment