Senin, 20 Pebruari 2006 | |
Oleh Haedar Nashir Muhammadiyah telah lahir sebagai sebuah tradisi besar dengan sejumlah kisah sukses. Muhammadiyah memiliki modal sosial yang cukup besar sebagai gerakan Islam yang besar di negeri ini. Organisasi lain boleh merasa lebih besar dari segi kuantitas anggotanya, namun dari segi kualitas dalam amal usaha, sumberdaya manusia, infrastruktur dan sistem organisasi, serta kepercayaan publik sesungguhnya Muhammadiyah terbilang unggul atau lebih besar. Sebagai organisasi Islam modern bahkan Muhammadiyah termasuk terbesar di dunia Islam. Kondisi ini harus disyukuri sebagai nikmat dan karunia Allah yang sangat berharga, karena itu tidak boleh potensi yang besar tersebut dibiarkan laksana genangan danau yang diam, apalagi seperti ”gajah bengkak” yang sulit bergerak. Organisasi besar seperti Muhammadiyah kadang memiliki kelemahan karena kebesarannya. Semangat dan kinerja para aktivisnya melemah atau cenderung mengalami penyakit kemalasan dan kemanjaan. Militansi pun kecil atau mengalami peluruhan dengan kecenderungan hilangnya sikap gigih, kerja keras, dan tidak jarang cengeng, mudah patah arang. Muncul sikap elitis dan kehilangan sikap populis. Ukhuwah atau solidaritas sosial pun lemah atau longgar akibat sikap individualistik dan formalitas yang tinggi. Kepemimpinan berjalan instrumental sehingga kehilangan daya dan elan-vital gerakan sebagai penggerak. Amal usaha berjalan sendiri, kadang menjadi kerajaan-kerajaan sendiri, para pengelola dan mereka yang berada di dalamnya sekadar sibuk dengan mobilitas sendiri atau sekadar cari penghidupan, yang lepas atau tidak begitu bertautan dengan misi dan kepentingan Persyarikatan. Karena kebesarannya, tidak jarang Muhammadiyah sekadar jadi lahan subur bagi banyak pihak yang ”mencangkuli ladang Persyarikatan” untuk kepentingan mereka sendiri baik kepentingan paham, politik, maupun hal-hal yang pragmatis, sehingga Persyarikatan seperti ladang komoditi yang subur. Bagaimana potensi Muhammadiyah yang besar itu digerakan kembali untuk menjadi kekuatan aktual yang lebih besar? Kuncinya terletak pada optimalisasi ikhtiar sesuai dengan Firman Allah: man jahada fínâ lanahdiyannahum subulanâ, barang siapa yang bersungguh-sungguh maka Allah akan menunjukan jalan-jalan-Nya. Optimalisasi ikhtiar untuk menggerakkan Muhammadiyah tentu tidak cukup satu pintu dan satu dimensi, tetapi memerlukan beberapa langkah penting yang saling berkaitan. Di antaranya ialah: 1. Internalisasi Nilai Ideal Gerakan Muhammadiyah memiliki nilai-nilai ideal yang meliputi misi, landasan ideal, dan tujuan gerakan. Misi Muhammadiyah meliputi (1) penegakkan tauhid yang murni, (2) peyebarluasan Islam yang bersumber pada Al-Quran dan As-Sunnah, dan (3) Mewujudkan amal Islami dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat. Landasan ideal meliputi Al-Quran dan As-Sunnah, paham agama (Muqaddimah AD dan MKCH), AD/ART, Kepribadian, Khittah, Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah, dan pemikiran formal lainnya. Sedangkan tujuannya ialah mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Nilai-nila ideal tersebut haruslah ditanamkan dan disosialisasikan, yang intinya diinternalisasikan sehingga menjadi darah-daging setiap orang Muhammadiuyah dalam berpikir dan bertindak. Setelah nilai-nilai ideal itu terinternalisasi maka secara kolektif kemudian membentuk kesadaran untuk bertindak bersama yang menunjukan watak, ciri, dan sosok orang Muhammadiyah sebagaimana yang semestinya. Inilah yang disebut dengan internalisasi nilai-nilai Ke-Muhammadiyahan. Internaslisasi nili-nilai ideal harus dilakukan simultan ke dalam seluruh anggota di berbagai stuktur Persyarikatan, termasuk di amal usaha yang selama ini mungkin cenderung asing, berjalan sendiri, dan lepas dari nilai-nilai fundamental Muhammadiyah. Tuntutan internalisasi nilai semacam itu bukan merupakan beban tetapi melekat dalam seluruh bagian struktural di Muhammadiyah sebagai keniscayaan. Termasuk bagi perorangan yang mengaku anggota Muhammadiyah yang tersebar di berbagai lingkup kehidupan seperti politisi, pengusaha, birokrat, dan lain-lain. Lebih-lebih bagi pimpinan Muhammadiyah, yang harus menunjukkan uswah hasanah. 2. Membangun Sinergi Muhammadiyah lahir, tumbuh, dan berkembang sebagai sebuah sistem yang disebut organisasi (jam’iyyah, persyarikatan). Kekuatan Muhammadiyh justeru terletak pada organisasinya, yang membuat dirinya tidak tergantung pada figur atau orang. Sebagaimana layaknya sebuah organisasi, Muhammadiyah dibangun di atas berbagai komponen yang saling menyangga menjadi satu kesatuan. Komponen personal menyangkut manusia dengan berbagai latarbelakang dan potensi. Komponen struktural terdiri atas berbagai organ kelembagaan seperti struktur kepemimpinan persyarikatan (Pusat hingga Ranting), Majelis, Lembaga, Organisasi Otonom, Amal Usaha, dan berbagai komponen lainnya. Agar Muhammadiyah dapat menjalankan usaha, program, dan kegiatannya secara lebih mudah maka diperlukan sinergi seluruh komponen itu. Sinergi dalam gerkan bertumpu di atas kesamaan nilai-nilai ideal yang membentuk kesatuan langkah, bukan di atas dasar kepentingan. Sinergi dibangun di atas semangat ukhuwah sedangkan landasan ukhuwah yang paling kokoh ialah iman. Dengan ukhuwh yang kokoh maka akan terbentuk kekuatan sebagai gerakan. Dengan sinergi yang bebasis semangat ukhuwah maka gerak Muhammadiyah selain akan kokoh juga akan lebih mudah dalam mewujudkan usaha dan tujuannya. Jangan ada yang merasa bisa bergerak sendiri dalam Muhammadiyah, apalagi merasa berhasil atau sukses sendiran. 3. Peningkatan Dakwah dan Tajdid Gerakan Muhammadiyah dalam mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya muaranya terletak dalam dakwah dan tajdid. Dakwah merupakan langkah fundamental dalam mengemban risalah Islam yakni melalui usaha mengajak pada Al-Khair (Islam), amar ma’ruf, dan nahi munkar. Sedangkan dalam mengelola kehidupan yang sangat kompleks dan khas duniawi usaha-usaha dakwah itu memerlukan tajdid, baik yang bersifat pemurnian (tandhif) maupun pembaruan atau dinamisasi (ishlah, tajdid), sehingga kehidupan ini dapat dimakmurkan dan menjadi rahmat bagi semesta (rahmatan lil-‘alamin). Dakwah dan tajdid dalam Muhammadiyah harus tercermin dan teraktualisasikan ke dalam seluruh gerakan amal usaha, program, dan kegiatan dari segenap lini Persyarikatan. Tidak boleh lepas dari dakwah dan tajdid. Dengan dakwah dan tajdid maka Muhammadiyah selain dapat membawa umat manusia ke jalan yang lurus (shirath al-mustaqim) dan jalan yang benar (Al-Islam), sekaligus mencerahkan kehidupan yang berwajah rahmatan lil-‘alamin. Manusia menjadi terbebas dari kejahiliyahan menuju pada kehidupan yang penuh cahaya terang benderang di bawah sinar Ilahi. Dengan demikian maka akan terbentuk masyarakat yang berperadaban mulia (masyarakat madani, masyarakat Islam yang sebenar-benarnya). Itulah cermin dari masyarakat Madnian al-Munawarah dalam konteks kehidupan modern. 4. Memperluas Peran Dalam menghadapi kehidupan yang penuh masalah dan tantangan baik dalam lingkup umat Islam maupun bangsa dan dunia kemanusiaan maka Muhammadiyah bukan hanya tidak boleh berdiam diri bahkan harus mengambil peran aktif yang lebih signifikan. Sebagai gerakan Islam yang dikenal pembaru dan berkiprah cukup luas selama ini, Muhammadiyah semakin dituntut peran keumatan, kebangsaan, dan kemanusiannya secara lebih luas dan mencerahkan. Peran yang luas itu merupakan cerminan dan pengejawantahan dari misi risalah Islam untuk menyebarkan rahmatan lil-‘alamin di bumi Allah yang tercinta ini. Karena itu warga Muhammadiyah lebih-lebih kader dan pimpinannya dituntut selain memiliki komitmen dan kepedulian yang tinggi, juga wwasan dan kemampuan yang mumpuni dalam berkiprah di tengah-tengah denyut kehidupan umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan. Orang Muhammadiyah tidak boleh pasif, antipati, apalagi menjauhkan diri dari dinamika kehidupan yang sarat masalah dan tantangan itu. Watak orang Muhammadiyah justeru selalu terpanggil menjadi pelaku sejarah di tengah-tengah kehidupan kapan dan di mana pun. Itulah etos dari semangat penghayatan dan aktulisasi Firman Allah dlm Al-Quran Surat Ali Imran 104 yang menjadi spirit awal gerakan Muhammadiyah. |
Tuesday, January 12, 2010
Optimalisasi Gerakan Muhammadiyah
Labels:
Leadership
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment