Oleh : M. Muchlas Abror
DALAM bulan Maret ini banyak berlangsung Musyawarah Daerah (Musyda) di tiap kota dan kabupaten di seluruh Indonesia yang diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) setempat. PP Muhammadiyah telah menetapkan waktu kepada semua PDM untuk dapat menyelenggarakan Musyda antara Januari – Maret 2006. Musyda beracara selain membahas laporan PDM, program kerja, masalah Persyarikatan dalam Daerah, juga memilih anggota PDM masa jabatan 2005 – 2010 dan mengesahkan ketuanya.
Musyda Muhammadiyah di mana pun hendaklah tetap dijaga dan diikhtiarkan agar berjalan lancar, tertib, aman, selamat, dan sukses. Kita pasti tidak menghendaki sebaliknya. Karena itu, semua anggota Musyda harus menempatkan diri dengan baik. Berbicara kritis dan berbeda pendapat dalam pembahasan suatu masalah, apalagi dalam Musyda, adalah wajar dan benar. Namun tentu saja harus diingat bahwa dalam mengemukakan pendapat hendaklah disertai argumentasi dan menyampaikannya tetap berpegang pada nilai-nilai akhlaq mulia. Pembahasan seperti itu kita sambut dengan segala hormat. Karena dengan demikian Musyda menjadi hidup dan mempunyai dinamika. Tetapi setelah Musyda mengambil kata putus semua menerimanya dengan jiwa besar dan lapang dada.
Semua agenda acara dalam Musyda adalah penting. Kalau tidak penting tentu tidak diagendakan. Salah satu acara penting yang banyak menyedot perhatian para anggota Musyda ialah pemilihan anggota Pimpinan Daerah. Musyda sekurang-kurangnya memilih sembilan orang anggota PDM dan sekaligus mengesahkan ketuanya. Hasil pemilihan tidak hanya ditunggu oleh mereka, tetapi juga oleh keluarga besar Muhammadiyah di Daerahnya. Acara pemilihan yang dipimpin oleh Panitia Pemilihan ini dalam pelaksanaan mempunyai peraturan dan tata tertib yang tentu telah dibuat sebelumnya. Tata-tertib mengatur sejak penjaringan calon sampai pemilihan dan sesudahnya yang berkaitan dengannya.
Tiap anggota Persyarikatan dapat dicalonkan menjadi anggota pimpinan Muhammadiyah. Dalam hal ini, mereka tak perlu minta dan menonjolkan diri untuk dicalonkan menjadi anggota pimpinan. Tetapi, sebagai anggota yang memiliki kesadaran, mereka tentu tidak menolak atau keberatan apabila dicalonkan. Apabila dipilih untuk memikul amanah, mereka terima dengan ikhlas. Tidak mendabik dada atau sombong. Sebaliknya, apabila tidak dipilih, mereka pun tidak merasa kecewa atau berkecil hati.
Untuk menjadi anggota pimpinan Muhammadiyah tak perlu kampanye. Apalagi kalau dalam berkampanye menghalalkan segala cara. Para pemilih dalam acara pemilihan di Musyda, kita yakin, ialah orang-orang yang berhati nurani dan tidak dapat dibeli. Mereka tidak mengutamakan materi, tetapi meminta keteladanan dari siapa yang dipilih, sebagai bukti diri. Insya Allah, siapa yang ikhlas bekerja dan beramal serta berjuang dalam Muhammadiyah, meski tidak kampanye, masih akan mendapat kepercayaan untuk memimpin Muhammadiyah. Karena hidup subur, lancar dan pesatnya perkembangan Muhammadiyah dulu, sekarang, dan yang akan datang kalau Persyarikatan tetap berada di bawah bimbingan pimpinan yang ikhlas, jujur, sanggup berkurban, suka bekerja keras, bertangungjawab, dan dapat menjadi teladan baik dalam Persyarikatan khususnya dan masyarakat umumnya.
Menjadi anggota pimpinan bukan merupakan kemegahan, tetapi merupakan amanah. Karena itu, siapa pun orangnya mereka harus senantiasa menjiwai pribadi mereka dengan memperdalam dan mempertebal tauhid, menyempurnakan ibadah dengan khusyu’ dan tawadhu’, mempertinggi akhlaq karimah, faham agamanya luas dan mendalam, menambah ilmu dengan terus belajar, dan banyak berkomunikasi secara baik kedalam dan keluar.
Muhammadiyah adalah suatu Persyarikatan yang merupakan Gerakan Islam.Mereka yang menjadi anggota pimpinan Muhammadiyah harua menyadari bahwa mereka menjadi pimpinan Gerakan Islam. Karena itu, mereka dalam memimpin, menggerakkan, dan melakukan segala aktivitas haruslah sesuai dengan ajaran Islam. Mereka dalam melaksanakan semua itu haruslah selalu berpegang teguh pada ajaran Allah dan Rasul-Nya.
Muhammadiyah adalah pula Gerakan Da'wah Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Menjadi anggota pimpinan Muhammadiyah berarti menjadi anggota pimpinan Gerakan Da'wah Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Karena itu, mereka harus mengarahkan seluruh aktivitas gerakannya fokus pada penyiaran agama Islam, ajakan pada kebaikan dan pencegahan terhadap segala kemunkaran. Muhammadiyah bukan partai politik melainkan Gerakan Da'wah. Antara da'wah dan partai politik adalah dua hal yang berbeda. Karena itu menjadi pimpinan Gerakan Da'wah tidak sama dengan menjadi pimpinan partai polilik. Tetapi menjadi anggota pimpinan Gerakan Da'wah tentu bukan sekadar menjadi pimpinan organisasi sosial biasa.
Selain itu, Muhammadiyah juga merupakan Gerakan Tajdid. Karena tajdid adalah salah satu identitas yang melekat pada dirinya. Jadi, menjadi anggota pimpinan Muhammadiyah berarti menjadi anggota pimpinan Gerakan Tajdid atau Pembaharuan. Sebagai anggota pimpinan Gerakan Tajdid tentulah mereka bersikap terbuka, tidak tertutup terhadap hal-hal yang bersifat baru dari mana pun datangnya, tetapi tetap bersikap kritis dan selektif. Selama hal-hal yang bersifat baru itu positif dan tidak bertentangan dengan Islam tentu mereka menerimanya dengan senang hati. Sedangkan terhadap yang negatif, mereka tidak berat hati untuk menolaknya.
Tidak ringan menjadi anggota pimpinan Muhammadiyah. Apalagi bidang garap Muhammadiyah sangat luas. Karena itu hendaklah mereka banyak bertaqarrub kepada Allah untuk mohon hidayah, taufik, kekuatan, kesabaran, dan pertolongan-Nya sehingga dapat menunaikan tugas kepemimpinan dengan baik dan istiqamah.
No comments:
Post a Comment