Friday, June 4, 2010

Demokrasi Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah?


RESENSI BUKU: Nalar Polotik NU dan Muhammadiyah


ROHANI



RESENSI BUKU: Nalar Polotik NU dan Muhammadiyah
Oleh : Dwi Rahayu Ningsih | 31-Mei-2010, 01:40:49 WIB

KabarIndonesia - Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) merupakan dua organisasi massa Islam yang terbesar dan tertua di Indonesia. Muhammadiyah (berdiri pada 1912) dan NU (berdiri pada 1926) pada awalnya didirikan untuk lebih fokus pada persoalan-persoalan kehidupan sosial-keagamaan para anggotanya. Akan tetapi, sejarah perjalanan dua organisasi ini berkata beda. Semenjak teks proklamasi diproklamirkan oleh Ir. Sukarno, kinerja dua organisasi ini seakan beralih pada dunia politik, bahkan NU sempat memutuskan untuk menjadi partai politik pada era Orde Lama.

Bermula dari hal tersebut, benih-benih perpecahan mulai tumbuh di antra kedua organisasi tersebut. Ken Ward mencatat bahwa “dalih terakhir perpecahan antar keduanya adalah alokasi jabatan Kementrian Agama kepada orang-orang yang bukan NU dalam Kabinet Wilopo yang didominasi PNI/Masjumi.” (hal 2) Ini mengakibatkan persatuan muslim sebagai ummah di Indonesia menjadi terpecah. Pada akhirnya perpecahan ini melahirkan sesuatu yang kemudian dikenal sebagai Islam modernis yang diwakili Muhammadiyah versus Islam tradisionalis yang diwakili oleh NU. Sejak saat itu hingga sekarang, politik telah mendominasi hubungan antar keduanya.

Nah, menyimak buku ini, kita akan dihadapkan pada fakta-fakta terbaru mengenai peran penting Muhammadiyah dan NU dalam kehidupan politik dan proses demokratisasi di Indonesia pasca runtuhnya Orde Baru atau yang lazim dikenal dengan era Reformasi. Kedua organisasi massa Islam terbesar di Indonesia ini tentu memiliki peran yang sangat penting dalam proses demokratisasi di negri ini. Terbukti, kebijakan-kebijakan yang dilaksanakan oleh kedua organisasi ini telah mampu mewarnai kehudupan politik di negri ini. Selain itu, kedua organisasi ini juga telah membantu proses pendewasaan para anggotanya untuk berdemokrasi.

Setelah era Reformasi dimulai, banyak para tokoh penting dari Muhammadiyah dan NU berbondong-bondong memasuki dunia politik. Bukan hanya itu, pada era ini sebagian besar tokoh dari dua organisasi ini bahkan juga mendorong untuk dibentuknya partai politik yang menjadi representasi dari organisasi massa Islam yang mereka anut. Oleh sebab itu, lahirlah Partai Amanat Nasional (PAN) sebagai akibat dari dorongan para tokoh Muhammadiyah dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sebagai akibat dari dorongan para tokoh NU.

Pemilu pasca runtuhnya rezim Orde Baru diikuti oleh banyak partai politik termasuk partai-partai yang berafilasi dengan Muhammadiyah dan NU. Hal itu menimbulkan persepsi negatif terhadap kedua organisasi tersebut. Seringkali jumlah perolehan suara dari pertai-partai ini, baik dalam pemilu legislatif maupun presiden, dianggap sebagai representasi dari jumlah pengikut kedua organisasi tersebut. Ini tentu saja tidak bisa dianggap benar. Pasalnya, loyalitas para anggota Muhammadiyah dan NU pada partai-partai yang berafilasi dengan keduanya tidak sekuat loyalitas mereka kepada organisasi social-keagamaan yang mereka anut. Selain itu, Muhammadiyah dan NU juga memberi kelonggaran terhadap anggotanya dalam menentukan pilihan politiknya. Banyak bahkan mencapai angka puluhan juta orang anggota dari kedua organisasi tersebut tidak menyumbangkan hak pilihnya kepada PAN maupun PKB.

Buku setebal 448 halaman ini lebih menarik daripada tulisan-tulisan mengenai Muhammadiyah dan NU sebelumnya. Ini disebabkan karena eksplorasi kajian dalam buku ini adalah mengenai Muhammadiyah dan NU yang ada di luar Jawa. Buku ini menghadirkan data-data dan fakta-fakta terbaru yang berhubungan dengan peran penting kedua organisasi ini dalam kehidupan politik dan proses demokratisasi di negri ini khususnya untuk daerah luar Jawa. Tentu saja, hal tersebut membuat buku ini telah berhasil menjawab tentang realitas yang berbeda dari persepsi umum tentang Muhammadiyah dan NU yang selama ini dibiarkan tidak terjawab oleh sebagian peneliti sebelumnya.

Buku yang berjudul Nalar Politik NU dan Muhammadiyah ini ditulis oleh Dr. Suaidi Asyari, MA, Ph.D. Buku ini dia tulis dengan menggunakan metodologi komparatif yang menuntut penulisnya untuk menempatkan kedua objek kajianya pada tataran yang sama supaya nanti tidak menghasilkan kesimpulan yang tidak dangkal dan berat sebelah. Ini tentu sangat sulit untuk dilakukan, apalagi penulisnya sendiri memiliki latar belakang NU yang sangat kental. Akan tetapi, Suaidi telah berhasil menjaga sifat ojektif dalam kajiannya tentang dua organisasi masa Islam terbesar di Indonesia tersebut, walaupun tidak jarang dia membuat sejumlah generalisasi dalam kajiannya.

Selanjutnya, terhitung hanya satu persoalan yang menjadi pokok pembahasan dalam buku ini, yaitu seberapa besar loyalitas keagamaan mempengaruhi kebebasan individu para penganutnya dalam mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi. Akan tetapi, untuk menjawab itu buku ini menyajikan pengantar umum tentang Muhammadiyah dan NU pada bab dua dan tiga. Sedangkan pada bab empat hingga enam, pembaca akan diajak untuk menilik kembali sejarah panjang pengalaman dua organisasi tersebut menyelami kehidupan politik di negri ini. Barulah pada bab tujuh dan delapan buku ini akan menjawab pokok pembahasan yang diangkatnya. Dengan demikian, pembaca akan lebih mudah dan secara mendalam memahami maksud dari tujuan dituliskannya buku ini.

Akhirnya, terlepas dari kekurangan-kekurangannya, buku ini amat penting untuk dibaca, apalagi saat ini studi Islam semakin didominasi oleh dikotomi “radikal” versus “moderat”. Muhammadiyah dan NU merupakan representasi mainstream dari Islam moderat dan toleran di Indonesia. Oleh karena itu, diharapkan buku ini dapat menjadi semangat untuk membangun dan meneguhkan kembali eksistensi Islam moderat yang rahmatan lil’alamin dan mendukung nilai-nilai demokrasi.(*)

Judul : Nalar Politik NU & Muhammadiyah
Penulis : Dr. Suaidi Asyari, MA, Ph.D
Penerbit : LKiS, Yogyakarta
Cetakan : I 2009
Tebal : xxiv + 448 halaman

* Dwi Rahayu Nigsih adalah mahasiswa Perbandingan Agama Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga

Retrieved from: http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=19&jd=RESENSI+BUKU%3A+Nalar+Polotik+NU+dan+Muhammadiyah&dn=20100530195913 (June 4, 2010)



------
English version of this book is available at Amazon.

Book Description

3639229932 978-3639229936 January 15, 2010
Whether or not Islamic organizations should be transformed into political parties has become an endless debate in Indonesia. There are times those who tend to bring Islam into politics gain strong supports as in the case otherwise. This book demonstrates that Muhammadiyah has participated in the Indonesian process of democratisation by means of exercising political ijtihad derived from its religious worldview. NU has been exercising ijma?- based political participation. By creating religious justification to their political policies Muhammadiyah and NU have played significant role in the ongoing process of democratization in Indonesia. This book is a breakthrough of the study of Islamic organisations in grasping a national picture of the role of Islam in Indonesian politics since it goes beyond Java. It convincingly argues that political behavior of Muslims in the outer islands is not too much influenced by fanaticism or ?irrational? loyalty as the general case in Java. This book is especially useful for those whose interests are moderate, traditionalist and modernist Islam in contemporary Indonesian politics.

Product Details

  • Paperback: 320 pages
  • Publisher: VDM Verlag Dr. Müller (January 15, 2010)
  • Language: English
  • ISBN-10: 3639229932
  • ISBN-13: 978-3639229936
Retrieved from: http://www.amazon.com/Traditionalist-Modernist-Islam-Indonesian-Politics/dp/3639229932/ref=sr_1_1?ie=UTF8&qid=1322678392&sr=8-1

No comments:

Post a Comment