Thursday, May 13, 2010

Muhammadiyah dan Masyarakat Informasi

Republika, 03 May 2010

M Nurul Yamien
Sekretaris Majelis Pemberdayaan Masyarakat PP Muhammadiyah

Muktamar ke-46 Muhammadiyah Tahun 2010 atau Muktamar Satu Abad Muhammadiyah tinggal hitungan hari. Memasuki abad kedua, organisasi berlambang matahari ini dipastikan dihadapkan pada tantangan yang jauh berbeda jika dibandingkan perjalanan sejarah satu abad sebelumnya. Di sinilah, Muktamar Satu Abad Muhammadiyah menemukan momentum strategisnya sebagai ajang evaluasi gerakan Muhammadiyah sekaligus menyikapi perubahan secara dinamis sebagai implementasi dari ciri tajdid yang dimilikinya Dengan semangat tajdidiyah, diharapkan pada muktamar yang akan datang muncul gagasan ataupun pemikiran yang jauh lebih obsesif untuk melakukan rekonstruksi gerakan Muhammadiyah sehingga gerakan Muhammadiyah pada abad kedua tampil dengan paradigma baru.

Salah satu kecenderungan global peradaban manusia ke depan adalah perkembangan sains dan teknologi, khususnya teknologi komunikasi dan informasi. Kemajuan peradaban manusia di bidang teknologi komunikasi dan informasi oleh Toffler (2003) disebutnya sebagai era reformasi gelombang ketiga atau juga sering disebut sebagai revolusi industri II. Kemajuan di bidang teknologi komunikasi dan informasi mampu menembus batas-batas teritorial, norma, dan nilai sehingga mampu mengubahgaya hidup manusia modern dan membawa berbagai perubahan dan implikasi-implikasi tertentu dalam kehidupan masyarakat. Informasi telah menjadi salah satu kebutuhan pokok sehari-hari, selain sembako dan peradaban manusia menuju peradaban baru yang disebut sebagai masyarakat informasi (information society).

Di dunia akademis, konvergensi teknologi untuk kepentingan informasi biasa dilakukan oleh para mahasiswa dan dosen untuk mendapatkan berbagai referensi tanpa perlu secara fisik hadir di perpustakaan. Mereka cukup menggunakan sebuah komputer yang tersambung internet. Konvergensi teknologi komunikasi bagi kepentingan kendali sering digunakan eksekutif perusahaan. Para eksekutif ini mengendalikan beberapa perusahaan yang tersebar di beberapa tempat dengan hanya duduk dan berdialog melalui teknologi komunikasi mutakhir. Kedua, digitalisasi. Perubahan dari teknologi analog ke digital memungkinkan komunikasi memuat informasi yang sangat kaya dari segala jenis data secara bersama, digabung atau dikonversikan, dan dapat disajikan dalam segala bentuk.

Ketiga, teknologi jaringan. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi jaringan memungkinkan membangun jalan raya informasi bebas hambatan (information super highway) dengan keterkaitan antara jaringan lokal, metropolitan, nasional, dan internasional.

Teknologi jaringan mengingatkan kita tentang global village atau kampung dunia yang dikemukakan oleh pakar komunikasi Marshall MLuhan. Pada masa itu, mungkin kita tidak perlu marah kalau dikatakan kam-pungan karena toh semua pada saat itu memang telah menjadi kampungan. Keempat, pengembangan multimedia. Pengembangan multimedia akan membuat media komunikasi massa yang saat ini kita kenal sebagai pertanda kehidupan modern (seperti surat kabar, televisi, radio, film, dan sebagainya) oleh Aston Schwarz (1995) dikatakan untuk bersiap-siap sebagai media tradisional. Wartawan surat kabar, radio, dan televisi pun pada saatnya harus siap mendisebut sebagai pekerja media tradisional, yang mirip-mirip dengan media komunikasi tradisional yang selama ini kita kenal, misalnya sinden atau dalang yang memang menggeluti dunia komunikasi tradisional yang sarat dengan nilai-nilai luhur. Bedanya, kalau yang satu menjadi tradisional karena konsekuensi perkembangan teknologi komunikasi, sedangkan yang satunya lagi memang dari sananya sudah tradisional.

Kecenderungan masyarakat informasi sebagaimana disebutkan di atas tidak hanya menuntut perubahan paradigma pada kehidupan organisasi, tetapi juga berdampak pada level kehidupan individu dan keluarga. Kemampuan umat manusia mengembangkan sains dan teknologi tenyata tidak seimbang dengan kemampuannya untuk mereduksi akibat samping dari penggunaan teknologi itu sendiri. Dengan demikian, perkembangan teknologi komunikasi dan informasi bak pisau bermata dua yang masing-masing sisinya sama tajamnya.

Agenda Muhammadiyah

Ke depan, Muhammadiyah dihadapkan pada realitas peradaban masyarakat informasi yang kalau tidak diantisipasi akan menenggelamkan Muhammadiyah menjadi organisasi tradisional karena percepatan gerak peradaban sejarah teknologi komunikasi dan informasi. Oleh karena itu, Muhammadiyah harus menempatkan persoalan teknologi komunikasi dan informasi menjadi salah satu agenda penting pada abad kedua Muhammadiyah dengan berbagai langkah antisipatif sebagai berikut.

Pertama, kesiapan sumber daya manusia yang berorientasi pada penguatan penguasaan teknologi komunikasi dan informasi. Kedua, manajemen berbasis teknologi dan jaringan.

Dengan manajemen berbasis teknologi dan jaringan, proses penyebaran informasi timbal balik dan menyeluruh dari dan ke seluruh stakeholders Muhammadiyah akan menjadi lebih cepat dan merata. Muhammadiyah harus mengoptimalkan peran perguruan tinggi Muhammadiyah yang memiliki prodi teknologi informasi dalam memajukan dan memo-dernkan manajemen organisasi Muhammadiyah.

Ketiga, revitalisasi media massa Muhammadiyah. Keempat, dari dakwah verbal manual ke dakwah digital.

Akhirnya, hanya waktu dan sejarahlah yang akan membuktikan apakah Muhammadiyah akan tetap mempertahankan karakter tajdidiyah-nya atau tenggelam menjadi tradisional karena percepatan pergerakan sejarah peradaban manusian.

No comments:

Post a Comment