Studia Islamika Volume 2, Number 2, 1995
Title: Qur’ān Interpretations of Hamzah Fansuri (CA. 1600) and Hamka (1908-1982): A Comparison
Author: Karel Steenbrink
Description
Proses Islamisasi masyarakat Nusantara dalam skalanya yang luas baru terjadi setelah abad ke 12. Pada saat itu, Islamisasi tidak hanya menyentuh masyarakat pinggiran. Beberapa kerajaan yang ada di Nusantara, khususnya yang berlokasi di pulau Sumatera, mulai memeluk agama Islam. Selanjutnya, proses konversi ini berjalan semakin intensif dan menjangkau pelbagai kerajaan di wilayah-wilayah lainnya.
Salah satu tema penting dalam melihat tradisi Islam di wilayah ini adalah pergulatan pemikir Muslim dalam menafsirkan doktrin-doktrin Islam. Pergulatan pandangan dalam wilayah ini mendorong terciptanya pola-pola pemikiran serta tindakan lainnya dalam rangka kehidupan beragama secara keseluruhan. Salah satu pemikir yang menonjol dalam bidang ini adalah Hamzah Fansuri.
Fansuri memiliki kecenderungan kuat untuk memahami doktrin Islam melalui kacamata mistik (sufi). Kecenderungan ini sering mendorong para pengamat untuk berkesimpulan bahwa Fansuri adalah penganjur ajaran panteisme heterodoks (wahdat al-wujud). Bahkan tokoh Muslim menonjol lainnya, Nuruddin al-Raniri, yang antara 1637-1643 menjadi Syaikh al-Islam di kerajaan Aceh, memberikan perintah untuk membakar buku-buku karangan Fansuri di halaman masjid besar Banda Aceh.
Sementara itu, Hamka merupakan sosok penting pemikir Islam di zaman modern. Karir intelektual Hamka mencakup wilayah yang sangat luas, sebagaimana ditunjukkan melalui karya-karya tulisnya yang sangat beragam. Di samping karya-karya jurnalistik dan fiksinya, Hamka juga memberikan perhatian yang mendalam terhadap masalah keagamaan. Ia menulis tentang sufisme dan menerbitkan buku tafsir al-Qur'an yang jumlahnya puluhan jilid. Ciri khusus pemikiran keagamaan Hamka sedikit banyak memiliki kesamaan dengan Fansuri. Ia juga memiliki kecenderungan kuat untuk memakai model penjelasan mistik dalam memahami pelbagai aspek agama. Bahkan secara khusus Hamka menulis tentang seluk-beluk sufisme dalam kaitannya dengan tuntutan kehidupan modern.
Download file
Title: Qur’ān Interpretations of Hamzah Fansuri (CA. 1600) and Hamka (1908-1982): A Comparison
Author: Karel Steenbrink
Description
Proses Islamisasi masyarakat Nusantara dalam skalanya yang luas baru terjadi setelah abad ke 12. Pada saat itu, Islamisasi tidak hanya menyentuh masyarakat pinggiran. Beberapa kerajaan yang ada di Nusantara, khususnya yang berlokasi di pulau Sumatera, mulai memeluk agama Islam. Selanjutnya, proses konversi ini berjalan semakin intensif dan menjangkau pelbagai kerajaan di wilayah-wilayah lainnya.
Salah satu tema penting dalam melihat tradisi Islam di wilayah ini adalah pergulatan pemikir Muslim dalam menafsirkan doktrin-doktrin Islam. Pergulatan pandangan dalam wilayah ini mendorong terciptanya pola-pola pemikiran serta tindakan lainnya dalam rangka kehidupan beragama secara keseluruhan. Salah satu pemikir yang menonjol dalam bidang ini adalah Hamzah Fansuri.
Fansuri memiliki kecenderungan kuat untuk memahami doktrin Islam melalui kacamata mistik (sufi). Kecenderungan ini sering mendorong para pengamat untuk berkesimpulan bahwa Fansuri adalah penganjur ajaran panteisme heterodoks (wahdat al-wujud). Bahkan tokoh Muslim menonjol lainnya, Nuruddin al-Raniri, yang antara 1637-1643 menjadi Syaikh al-Islam di kerajaan Aceh, memberikan perintah untuk membakar buku-buku karangan Fansuri di halaman masjid besar Banda Aceh.
Sementara itu, Hamka merupakan sosok penting pemikir Islam di zaman modern. Karir intelektual Hamka mencakup wilayah yang sangat luas, sebagaimana ditunjukkan melalui karya-karya tulisnya yang sangat beragam. Di samping karya-karya jurnalistik dan fiksinya, Hamka juga memberikan perhatian yang mendalam terhadap masalah keagamaan. Ia menulis tentang sufisme dan menerbitkan buku tafsir al-Qur'an yang jumlahnya puluhan jilid. Ciri khusus pemikiran keagamaan Hamka sedikit banyak memiliki kesamaan dengan Fansuri. Ia juga memiliki kecenderungan kuat untuk memakai model penjelasan mistik dalam memahami pelbagai aspek agama. Bahkan secara khusus Hamka menulis tentang seluk-beluk sufisme dalam kaitannya dengan tuntutan kehidupan modern.
Download file
No comments:
Post a Comment