RMOL, Jum'at, 06 Juli 2012 , 23:39:00 WIB
KAMI sangat sedih dan sangat kehilangan dengan kepergian Mas Dr. Moeslim Abdurrahman, seorang aktivis yang luar biasa baik. Rasanya terlalu cepat orang yang sangat baik ini dipanggil Tuhan. Mengapa justru orang-orang yang sebaik Mas Moeslim yang lebih dulu dipanggil ke hadirat-Nya. Tetapi, subhanallah, Maha Suci Allah dengan segala ketentuan-Nya. Sebagai orang yang beriman, kami yakin ini jalan yg terbaik bagi dirinya untuk dapat segera beristirahat.
Mas Moeslim Abdurrahman adalah seorang putra Muhammadiyah yang sangat inklusif, yang bisa bergaul rapat dengan siapa saja. Moeslim, adalah orang yang sangat terbuka. Saking terbukanya pemikirannya sering dituding sebagai Muhammadiyah liberal.
Sejak pulang dari Amerika Serikat setelah lulus Ph.D di bidang Antropologi dari The University of Illinois pada tahun 1990-an, dia memang benar-benar menjadi petualang intelektual, berpindah-pindah dan meloncat-loncat dari satu bidang kegiatan ke bidang kegiatan yang lain, bahkan juga beberapa tahun di lapangan politik, yaitu PAN.
Mas Moeslim-lah yang membimbing anak-anak muda Muhammadiyah dengan caranya sendiri yang sangat unik dan inkonvensional. Tidak banyak yang tahu bahwa sebetulnya Mas Moeslim-lah yang berada di balik dinamika anak-anak muda Muhammadiyah yang tergabung dalam Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM).
Dia juga yg memperkenalkan paradigma "teologi Al-ma'un" yg mengambil inspirasi bagaimana KH Ahmad Dahlan dulu mengajarkan surat Al-Ma'un dalam Al-Qur'an. Teologi Al-Ma'un itu, singkatnya, merupakan pemahaman agama yang lebih mementingkan praksis dalam menyantuni orang-orang miskin dan kelompok yang terpinggirkan.
Bukan gerakan Islam yang gegap gempita yang mementingkan upacara-upacara untuk pencitraan, seperti mementingkan seremonial-sertemonial yang serba gegap gempita tapi setelah itu tidak ada bekasnya: "gone with the wind" seperti yang menjadi kecenderungan gerakan-gerakan Islam konvensional sekarang ini.
Melalui Teologi Al-Ma'un, Moeslim mencontoh Kyai Dahlan untuk tidak terlalu banyak mendalami agama tapi tidak diamalkan. Mengapa berpindah dari Surat Al-Ma'un ke surat yang lain dalam Al-Qur'an kalau isi surat Al-Ma'un yang memerintahkan menyantuni anak yatim dan orang miskin itu belum diamalkan?
Manifestasi dari keberpihakannya kepada kaum terpinggirkan tampak sekali ketika kami bersama-sama merintis pembentukan Majlis Buruh, Tani dan Nelayan PP Muhammadiyah periode 2000-2005. Dia orang yang sangat getol dan gigih baik dalam kerja-kerja intelektual maupun dalam kerja-kerja praksis memberdayakan kaum buruh, tani dan nelayan melalui gerakan Muhammadiyah.
So, Mas Moeslim bukan hanya concern pada gerakan intelektual. Melainkan juga gerakan praksis.
Kami sungguh sangat sedih dan sangat kehilangan dengan kepergian Mas Moeslim. Rasanya terlalu cepat orang yang sangat baik ini dipanggil Tuhan. [***]
Penulis adalah Wakil Ketua MPR RI
Retrieved from: http://www.rmol.co/news.php?id=69952
No comments:
Post a Comment