Tuesday, March 1, 2011

Api Pembaharuan Kiai Ahmad Dahlan


Judul Buku : Api Pembaharuan Kiai Ahmad Dahlan
Penulis : Robert W. Hefner, Sukidi Mulyadi, Abdul Munir Mulkhan
Penerbit : Multi Pressindo Yogyakarta
Cetakan : Pertama, Maret 2008
Tebal : viii + 150 halaman


Menghadang Ancaman Ideologi Lain

Tidaklah berlebihan bila Robert W Hefner - seorang Indonesianis kelahiran Columbus, Ohio (Amerika Serikat) - menaruh kekaguman yang luar biasa terhadap pendiri Muhammadiyah, KHA Dahlan. Dalam pengakuan Hefner, KHA Dahlan merupakan sosok pembaharu Islam dan penggagas luar biasa di Indonesia. Bahkan pengaruh gelombang pemikirannya melampaui batas puncak pemikiran Muhammad Abduh dari Mesir. Dan kini, Muhammadiyah merupakan gerakan ‘pembaharuan’ Islam terbesar di dunia.

Ungkapan Hefner memang logis. Muhammad Abduh - dalam sejarah dicatat sebagai inspirator KHA Dahlan dalam memperbaiki Islam di Indonesia pada awal abad 20 - ternyata gagal menembus benteng tradisional-konservatif institut di negaranya (Universitas Al-Azhar, Kairo), meski pemikirannya mampu menempatkan dirinya sebagai salah satu pembaharu Islam dunia. Sebaliknya, Dahlan justru mampu melahirkan karya besarnya yang terus bertahan dan berkembang hingga sekarang.

Hanya saja, lahirnya gerakan Reformasi tahun 1998 - yang notabene dimotori pula oleh tokoh Muhammadiyah, Amien Rais - sedikit banyak membawa pengaruh yang kurang menguntungkan bagi Muhammadiyah. Persyarikatan Muhammadiyah mampu menarik syahwat kelompok-kelompok ‘ideologi’ lain untuk memiliki Muhammadiyah. Terlebih kalau dihitung secara politis, Muhammadiyah yang telah memiliki kekayaan amal usaha dan massa cukup besar ini dipandang sebagai obyek sangat menguntungkan.

Fakta empiris terkait dengan dugaan Gerakan Muhammadiyah telah tercemari oleh ‘ideologi’ lain tersebut terlihat dari fenomena saling berebut pengaruh dalam organisasi ini. Pertama, sebut saja kaum konservatif yang dengan keras menolak pemikiran yang datang dari Barat, bahkan istilah-istilah dan kerjasama dengan lembaga berbau Barat. Kedua, sebut saja kaum liberal yang memandang perlu terus dilakukan penafsiran ulang terhadap al-Qur’an dan Sunnah karena penafsiran serupa juga dilakukan Kiai Dahlan yang daripadanya mendasari gerak Muhammadiyah di awal berdirinya (hal. v).

Berangkat dari indikasi adanya usaha untuk saling berebut pengaruh itulah, 2 orang kader progresif Muhammadiyah - Sukidi Mulyadi dan Abdul Munir Mulkhan - berusaha keras untuk menemukan simpul pemikiran KHA Dahlan. Tujuannya agar Persyarikatan Muhammadiyah tidak menjadi obyek tarik menarik ‘ideologi’ asing (konservatif dan atau liberalis) tersebut. Sebaliknya, kehadiran buku ini, paling tidak, menjadi penyadar bagi kader Muhammadiyah untuk tetap bisa menjaga agar Muhammadiyah tetap hidup sebagai gerakan Islam yang bercorak pembaharu.

Diakui atau tidak, akhir-akhir ini banyak kader yang dulu dibesarkan oleh Muhammadiyah justru ‘durhaka’ dan memusuhi Muhammadiyah. Bahkan ada sebagian mereka yang kemudian merasa telah sekian lama berada dalam kesesatan karena telah menjadi orang Muhammadiyah.

Buku ini tidak sekedar mengajak melakukan ‘napak tilas’ pikiran-pikiran KHA Dahlan, tetapi juga meluruskan pandangan-pandangan yang sesat tentang Muhammadiyah. Misalnya, pandangan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan Wahabisme. Satu hal penting yang terangkum dalam buku ini ialah bahwa nalar Muhammadiyah harus dibedakan dari tradisi intelektual Islam yang hingga kini masih belum keluar dari skolastisisme dan kesadaran Sunni yang meniadakan kebebasan kreatif manusia.

Akhirnya, tidak ada alasan lain untuk bisa disebut sebagai kader Muhammadiyah kecuali mau memahami kembali gagasan autentik KHA Dahlan yang bersumber dari kesadaran Islamnya yang sangat menekankan etika welas asih. Karena dengan etika welas asih itulah, Muhammadiyah tampak lebih bersikap terbuka pada modernitas dan kemanusiaan serta pemihakan terhadap kaum lemah (proletar). Fatiananda

http://matanmajalah.blogspot.com/2008/11/b-u-k-u.html

1 comment:

  1. Gan. Klo mau cari buku ini dimana ya? Sudah muter2 di jogja gak nemu

    ReplyDelete