Wednesday, December 2, 2015

Tunaikan Bukti, Bukan Janji




Judul Buku: Muhammadiyah untuk Semua
Penulis: Prof Dr H Din Syamsuddin MA
Penerbit: Suara Muhammadiyah, Yogyakarta
Cetakan: Pertama, 2014
Tebal: x + 188 halaman

Oleh M. Husnaini

Robert W Hefner menyebut Muhammadiyah sebagai gerakan pembaruan Islam terbesar di dunia. Bukan tanpa alasan. Sebab, Muhammadiyah merupakan satu-satunya gerakan Islam di Indonesia yang terorganisasi secara modern. Unit kegiatan dan amal usaha Muhammadiyah tersebar merata di Nusantara dan beberapa di luar negeri.

KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, memang sosok pencerah. Sulit ditemukan tafsir klasik yang menjelaskan makna Al-Quran sebagaimana pemahaman Kiai Dahlan. Pemaknaan Kiai Dahlan atas surah Ali Imran ayat 104, misalnya, menjadi basis teologi organisasi modern sebagai instrumen ritual dan pemecahan problem kehidupan. Pembacaan beliau atas surah Al-Ma’un juga melahirkan aksi-aksi pemberdayaan berupa sekolah, rumah sakit, panti asuhan, rumah jompo, rumah miskin, dan lainnya.

Gagasan genial Kiai Dahlan, menurut Abdul Munir Mulkhan, mencairkan hegemoni tafsir Salafi. Tidak pula bisa dirujukkan secara autentik kepada Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Jamaluddin Al-Afghani, apalagi Muhammad Abdul Wahhab. Berbagai aksi sosial Kiai Dahlan mencerminkan kesesuaian antara natural tafsir Al-Quran, pengalaman kemanusiaan universal, dan temuan iptek. Rasionalisasi pemahaman dan praktik ritual mungkin diambil dari tokoh pembaru. Tetapi inovasi kreatif pragmatis-humanis itu diambil dari pengalaman kaum Kristiani di Tanah Air, dipadu dengan pengalaman induktif kemanusiaan universal Kiai Dahlan sendiri.

Islam berkemajuan, identitas Muhammadiyah itu, berasal dari harapan Sang Pencerah. Kini, setelah melewati usia satu abad, Muhammadiyah sudah dan terus berjuang memenuhi harapan itu. Kalau dibandingkan dengan gerakan sosial lain di Indonesia, secara kuantitatif, Muhammadiyah dengan segala kelemahannya, masih berada di papan atas. Sejak negara ini di rahim sejarah, para pemimpin Muhammadiyah sudah aktif berbuat untuk negeri. Dalam alam Indonesia merdeka, Muhammadiyah juga turut membangun bangsa melalui ribuan amal usaha yang tersebar dari Mianggas hingga Pulau Rote, dari Sabang sampai Merauke.

Simaklah buku karya Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Din Syamsuddin berikut. Dari judulnya, muatan buku sudah pasti berkisar tentang rekam jejak perjuangan Muhammadiyah dalam memajukan umat. Melalui tulisan-tulisan pendek, Din Syamsuddin telah mendedahkan ide dan aksi Muhammadiyah yang sarat makna. Dikatakan, Muhammadiyah itu ahsanu amala, bukan katsura amala. Maksudnya, karya yang banyak di Muhammadiyah itu dilakukan secara ihsan, profesional. “Dalam Muhammadiyah, bukan angka yang bicara, namun kualitas yang bicara,” tulisnya.

Muhammadiyah tidak berhenti bergerak, karena hidup adalah gerak. Melalui lembaga pendidikan, Muhammadiyah turut mencerdaskan kehidupan berbangsa. Lewat lembaga pelayanan kesehatan, Muhammadiyah hendak membangun bangsa sehat dan kuat. Dengan lembaga pelayanan sosial, Muhammadiyah bermaksud meringankan beban kaum miskin dan melarat. Kemudian, para mubalig Muhammadiyah juga terus bergerilya menemui umat dan mengajak mereka menuju keberagamaan rasional dan berkemajuan.

Semua terekam jelas dalam 51 judul tulisan dan terdiri dari lima bab: Ideologi Muhammadiyah dan Kekuatan Tajdid (Bab I), Penguatan Makna Muhammadiyah (Bab II), Meneguhkan Peran Muhammadiyah di Abad Kedua (Bab III), Peran Muhammadiyah dalam Kemajuan Bangsa (Bab IV), Tantangan di Tengah Perubahan Dunia (V).

Apa rahasia sukses Muhammadiyah? Di antara penuturan buku ini, karena Muhammadiyah selalu mengembangkan prinsip jalan tengah (median position) dan menjadi tenda besar yang menaungi kemajemukan masyarakat. Muhammadiyah menjadi kekuatan penengah dan perantara (mediating and moderating force) dalam konfigurasi keragaman bangsa. Muhammadiyah menyuntikkan energi kemajuan dan kejayaan di tengah kemajemukan dan keragaman.

Menyimak buku ini, kita menjadi paham bahwa Islam, sebagaimana dipahami Muhammadiyah, ialah agama kemajuan dan peradaban. Keberislaman sejati haruslah keberagamaan yang mendorong kemajuan kebudayaan dan peradaban. Kemunduran, apalagi keterpurukan, itu bertentangan dengan watak Islam. Karena itu, Muhammadiyah merasa terpanggil untuk mencerahkan kehidupan bangsa dan umat dari dulu hingga sekarang. Muhammadiyah berikan bukti, bukan janji. Masih adakah yang mempersoalkan peran dan kontribusi nyata Muhammadiyah?

No comments:

Post a Comment