Below is the letter from KH Ahmad Dahlan answering the allegation of his involvement in giving protection to Djojodikoro and Martodharsono, two actors who inflamed religious conflict in Indonesia in the beginning of the 20th century.
“SIPAT JANG ADIL.”
Seperti koetipan di bawah ini:
SIPAT JANG ADIL. Kelemaren sore angkoe Hoofd Redacteur terima soerat dari Bestuur MOHAMADIJAH di Djokdja, (1) tertanggal 22-2-`18, dengan pendek member tahoe, bahwa madrasah soedah bikin vergadering, pendeknja angkoe Hoofd Redacteur dan Mas Djojodikoro djangan sampai ketjil hati, tentang hal itoe kalau ditanja orang, angkoe Hoofd Redacteur dan Mas Djojo disoeroeh bilang sadja itoe semoenja soedah moefakat dengan Padoeka Kijai Ketib Amin President Mohamadijah enz, enz, enz. (2)
Noh! Pembatja jang terhormat, toean2 tentoe ma’loem, bahwa toean Ketib Amin itoe Oelama jang sempoerna. (3) djaoeh bedanja dengan hadji Misbah, kena apa soedah kirim soerat begitoe roepa? Itoe boekti, bahwa toean Ketib Amim boekan orang jang moedah diboedjoek dan diadjak djalan fitnah. Awaslah bangsakoe sekarang banjak badjingan. (4)
Maka saudara2 Moeslimin jang terhormat, djangan sekali kali ketjil hati membatja ini kabar karena pertjaja pada apa jang terseboet di atas ini, sebab inilah semoea pembohong.
Maka saja mendjawab begini:
(1). Bestuur atau saja tiada memberasa kirim soerat kepada redactie “Djawi-Kondo.”
(2). Pada tg. 22 2-18 betoel madrasah Mohamadijah telah memboeat vergadering, akan tetapi poetoesannja berlainan sekali dengan maksoed Djawi-Kondo terseboet di atas. Poetoesan vergadering itoe jaitoe; “dengan sangat memohonkan hoekoeman pada Pemerintah Agoeng bagi kedoea doerhaka itoe.
(3). Tiada sekali kali saja pernah bermoefakat dengan Djojodikoro orang jang tiada seka… [not clear] senang, atau orang jang soedah m…[not clear] kepada Allah ta`ala dan Padoeka [not clear]…ngan kita Kangdjeng Nabi Moh…[not clear] s.a.w. Djangan saja pernah bermoefakat dengan Djojodikoro atau Martodarsono, mengira sadja pon tiada pernah, bahwa ada orang di doenia seperti Djojo dan Marto terseboet.
(4). Poedjian jang terseboet di atas ini saja terima seperti penghina kepada saja, sebab saja dipandang seperti anak ketjil jang belom dapat membedakan kebaikan dan kedjahatan.
Moedah-moedahan saudara Moeslimin tiada sekali-kali mengindahkan apa jang terseboet di dalam Djawi Kando (soerat kabar jang dipegang oleh Hoofdredacteur R. Martodharsono, jaitoe orang jang baroe djadi perkara.)
Soenggoeh saudara-saudara jang terhormat Ketib Amin tiada berobah hatinja seperti Martodarsoko dan Djojodikoro.
Salam dan hormat
dari saja,
KETIB AMIN
H. A. DAHLAN.
-----
This letter is published for the first time by Oetoesan - Hindia, No. 41, Tahoen jang ke 6. Hari Rebo, 27 Februari 1918 / 16 Djoemadilawal 1336/1848. p. 1