Tanggal 23 Februari, 97 tahun silam (1923), Kiai Ahmad Dahlan, Pendiri dan President Hoofdbestuur (HB) Muhammadiyah pertama wafat. Kiai Ahmad Dahlan wafat dalam usia 55 tahun (1868-1923) setelah sebelumnya sakit selama beberapa bulan. Surat kabar official yang memuat berita wafat Kiai Ahmad Dahlan adalah Soewara Moehammadijah.
Berita Duka
Surat kabar Soewara Moehammadijah edisi nomor 2 & 3 Tahun ke-4/2 Februari-3Maret 1923 memuat kabar duka, “Inna lillahi wainna ilaihi rodji’oen.” Isi berita sebagai berikut: “dengan hati jang sedih kami beritahoekan pada saudara-saudara teroetama kaoem Moehammadijah dan Serikat Islam bahwa pada hari Djoemoeah malam Saptoe 23/24 Februari 1923 kira poekoel 11-45 m Kejahi Achmad Dachlan Ketib Amin ketoea dari perserikatan Moehammadijah dan Adviesur Centraal Serikat Islam telah berpoelang kerachmatoellah.”
Selanjutnya, redaktur Soewara Moehammadijah yang menulis berita duka mengajak kepada seluruh umat Islam untuk shalat ghaib. “Dari pada itoe, marilah bersama-sama memoedji kepada Allah moedah-moedahanlah acrwach marhoem kejahi A. Dachlan itoe dianoegrahi sorga pahalanja. Lagi poela dengan pengharapan sepenoeh-penoehnja soedikah apalah kiranja saudara-saudara sama bersolat Gaib adanja.”
Jenazah almarhum Kiai Ahmad Dahlan diberangkatkan ke pemakaman Karangkajen pada pagi harinya (Sabtu). Dikabarkan bahwa ratusan pengiring mengantarkan jenazah. “Maka pada pagi hari Saptoe, kira djam poekoel 10 siang Djinazat beliau diangkatkan kekoeboer Kampoeng Karang Kadjen. Dengan beratoes-ratoeslah orang sama toeroet berdoeka tjita, dan toeroet menganter kekoeboeran. Maka pada masoeknja Djinazat kekoeboer kira-kira djam 12 betoel.”
Kiai Ahmad Dahlan
Kiai Ahmad Dahlan (M. Ketib Amin), nama kecilnya Mohammad Darwis, putra KH Abubakar bin KH Sulaiman, Khatib Amin Masjid Besar Yogyakarta. Lahir pada tahun 1868, umur beliau sebenarnya hanya selisih tiga tahun lebih muda dengan Rasyid Ridla, tokoh pembaru Islam dari Mesir. Pada tahun 1889, dalam usia 21 tahun, Darwis menikah dengan Siti Walidah, putri KH Muhammad Fadhil. Beberapa bulan setelah menikah, ia menunaikan ibadah haji pertama kalinya (1889). Sepulang naik haji berganti nama menjadi Ahmad Dahlan.
Sekitar enam tahun pasca naik haji kedua kalinya (1908), Ahmad Dahlan bergabung dalam organisasi Boedi Oetomo (BO) yang diprakarsai oleh Wahidin Soediro Hoesodo. Ketika bergabung dalam BO, usia Ahmad Dahlan sekitar 40 tahun. Ketika mendirikan Muhammadiyah (1912), usia Kiai Ahmad Dahlan genap 44 tahun.
Kiai Ahmad Dahlan, wafat pada 23 Februari 1923 setelah 11 tahun memimpin Muhammadiyah. Beliau wafat dalam usia 55 tahun. Selain menjabat sebagai President HB Muhamamdiyah, ketika wafat beliau juga sedang menjabat sebagai Adviseur (Penasehat) Centraal Sarekat Islam (CSI).
Editor: Arif.
See - https://ibtimes.id/berita-wafat-kiai-ahmad-dahlan/
Tanggal 23 Februari, 97
tahun silam (1923), Kiai Ahmad Dahlan, Pendiri dan President
Hoofdbestuur (HB) Muhammadiyah pertama wafat. Kiai Ahmad Dahlan wafat
dalam usia 55 tahun (1868-1923) setelah sebelumnya sakit selama beberapa
bulan. Surat kabar official yang memuat berita wafat Kiai Ahmad Dahlan
adalah Soewara Moehammadijah.
Berita Duka
Surat kabar Soewara Moehammadijah edisi nomor 2 & 3 Tahun ke-4/2
Februari-3Maret 1923 memuat kabar duka, “Inna lillahi wainna ilaihi
rodji’oen.” Isi berita sebagai berikut: “dengan hati jang sedih kami
beritahoekan pada saudara-saudara teroetama kaoem Moehammadijah dan
Serikat Islam bahwa pada hari Djoemoeah malam Saptoe 23/24 Februari 1923
kira poekoel 11-45 m Kejahi Achmad Dachlan Ketib Amin ketoea dari
perserikatan Moehammadijah dan Adviesur Centraal Serikat Islam telah
berpoelang kerachmatoellah.”
Selanjutnya, redaktur Soewara Moehammadijah yang menulis berita duka
mengajak kepada seluruh umat Islam untuk shalat ghaib. “Dari pada itoe,
marilah bersama-sama memoedji kepada Allah moedah-moedahanlah acrwach
marhoem kejahi A. Dachlan itoe dianoegrahi sorga pahalanja. Lagi poela
dengan pengharapan sepenoeh-penoehnja soedikah apalah kiranja
saudara-saudara sama bersolat Gaib adanja.”
Jenazah almarhum Kiai Ahmad Dahlan diberangkatkan ke pemakaman
Karangkajen pada pagi harinya (Sabtu). Dikabarkan bahwa ratusan
pengiring mengantarkan jenazah. “Maka pada pagi hari Saptoe, kira djam
poekoel 10 siang Djinazat beliau diangkatkan kekoeboer Kampoeng Karang
Kadjen. Dengan beratoes-ratoeslah orang sama toeroet berdoeka tjita, dan
toeroet menganter kekoeboeran. Maka pada masoeknja Djinazat kekoeboer
kira-kira djam 12 betoel.”
Kiai Ahmad Dahlan
Kiai Ahmad Dahlan (M. Ketib Amin), nama kecilnya Mohammad Darwis, putra
KH Abubakar bin KH Sulaiman, Khatib Amin Masjid Besar Yogyakarta. Lahir
pada tahun 1868, umur beliau sebenarnya hanya selisih tiga tahun lebih
muda dengan Rasyid Ridla, tokoh pembaru Islam dari Mesir. Pada tahun
1889, dalam usia 21 tahun, Darwis menikah dengan Siti Walidah, putri KH
Muhammad Fadhil. Beberapa bulan setelah menikah, ia menunaikan ibadah
haji pertama kalinya (1889). Sepulang naik haji berganti nama menjadi
Ahmad Dahlan.
Baca Juga Kapan Permusyawaratan Tertinggi Pertama Muhammadiyah Digelar?
Sekitar enam tahun pasca naik haji kedua kalinya (1908), Ahmad Dahlan
bergabung dalam organisasi Boedi Oetomo (BO) yang diprakarsai oleh
Wahidin Soediro Hoesodo. Ketika bergabung dalam BO, usia Ahmad Dahlan
sekitar 40 tahun. Ketika mendirikan Muhammadiyah (1912), usia Kiai Ahmad
Dahlan genap 44 tahun.
Kiai Ahmad Dahlan, wafat pada 23 Februari 1923 setelah 11 tahun memimpin
Muhammadiyah. Beliau wafat dalam usia 55 tahun. Selain menjabat sebagai
President HB Muhamamdiyah, ketika wafat beliau juga sedang menjabat
sebagai Adviseur (Penasehat) Centraal Sarekat Islam (CSI).
Editor: Arif. See - https://ibtimes.id/berita-wafat-kiai-ahmad-dahlan/
Tanggal 23 Februari, 97
tahun silam (1923), Kiai Ahmad Dahlan, Pendiri dan President
Hoofdbestuur (HB) Muhammadiyah pertama wafat. Kiai Ahmad Dahlan wafat
dalam usia 55 tahun (1868-1923) setelah sebelumnya sakit selama beberapa
bulan. Surat kabar official yang memuat berita wafat Kiai Ahmad Dahlan
adalah Soewara Moehammadijah.
Berita Duka
Surat kabar Soewara Moehammadijah edisi nomor 2 & 3 Tahun ke-4/2
Februari-3Maret 1923 memuat kabar duka, “Inna lillahi wainna ilaihi
rodji’oen.” Isi berita sebagai berikut: “dengan hati jang sedih kami
beritahoekan pada saudara-saudara teroetama kaoem Moehammadijah dan
Serikat Islam bahwa pada hari Djoemoeah malam Saptoe 23/24 Februari 1923
kira poekoel 11-45 m Kejahi Achmad Dachlan Ketib Amin ketoea dari
perserikatan Moehammadijah dan Adviesur Centraal Serikat Islam telah
berpoelang kerachmatoellah.”
Selanjutnya, redaktur Soewara Moehammadijah yang menulis berita duka
mengajak kepada seluruh umat Islam untuk shalat ghaib. “Dari pada itoe,
marilah bersama-sama memoedji kepada Allah moedah-moedahanlah acrwach
marhoem kejahi A. Dachlan itoe dianoegrahi sorga pahalanja. Lagi poela
dengan pengharapan sepenoeh-penoehnja soedikah apalah kiranja
saudara-saudara sama bersolat Gaib adanja.”
Jenazah almarhum Kiai Ahmad Dahlan diberangkatkan ke pemakaman
Karangkajen pada pagi harinya (Sabtu). Dikabarkan bahwa ratusan
pengiring mengantarkan jenazah. “Maka pada pagi hari Saptoe, kira djam
poekoel 10 siang Djinazat beliau diangkatkan kekoeboer Kampoeng Karang
Kadjen. Dengan beratoes-ratoeslah orang sama toeroet berdoeka tjita, dan
toeroet menganter kekoeboeran. Maka pada masoeknja Djinazat kekoeboer
kira-kira djam 12 betoel.”
Kiai Ahmad Dahlan
Kiai Ahmad Dahlan (M. Ketib Amin), nama kecilnya Mohammad Darwis, putra
KH Abubakar bin KH Sulaiman, Khatib Amin Masjid Besar Yogyakarta. Lahir
pada tahun 1868, umur beliau sebenarnya hanya selisih tiga tahun lebih
muda dengan Rasyid Ridla, tokoh pembaru Islam dari Mesir. Pada tahun
1889, dalam usia 21 tahun, Darwis menikah dengan Siti Walidah, putri KH
Muhammad Fadhil. Beberapa bulan setelah menikah, ia menunaikan ibadah
haji pertama kalinya (1889). Sepulang naik haji berganti nama menjadi
Ahmad Dahlan.
Baca Juga Kapan Permusyawaratan Tertinggi Pertama Muhammadiyah Digelar?
Sekitar enam tahun pasca naik haji kedua kalinya (1908), Ahmad Dahlan
bergabung dalam organisasi Boedi Oetomo (BO) yang diprakarsai oleh
Wahidin Soediro Hoesodo. Ketika bergabung dalam BO, usia Ahmad Dahlan
sekitar 40 tahun. Ketika mendirikan Muhammadiyah (1912), usia Kiai Ahmad
Dahlan genap 44 tahun.
Kiai Ahmad Dahlan, wafat pada 23 Februari 1923 setelah 11 tahun memimpin
Muhammadiyah. Beliau wafat dalam usia 55 tahun. Selain menjabat sebagai
President HB Muhamamdiyah, ketika wafat beliau juga sedang menjabat
sebagai Adviseur (Penasehat) Centraal Sarekat Islam (CSI).
Editor: Arif. See - https://ibtimes.id/berita-wafat-kiai-ahmad-dahlan/