Ahmad Najib Burhani
ISEAS – Yusof Ishak Institute; LIPI
– Indonesian Institute of Sciences, Jakarta
Abstract
Muhammadiyah has been
perceived as an example of a success blend of Islam and modernity. By adopting
modern ethics of discipline, equality, and hardworking, this organization has
become a rich and independent movement. Quantitatively, the number of Muhammadiyah’s
educational and health institutions is only surpassed by the ones owned by
Indonesian government. It has 177 colleges and universities; thousands of
higher, middle, and elementary schools; and hundreds of hospitals and other
health institutions. Social, educational, and economic success of certain
organization, however, does not necessarily indicate that it also embraces pluralistic
value and religious tolerance. This paper, therefore, intends to describe Muhammadiyah’s
position in the context of pluralism, liberalism, and Islamism. This paper
argues that Muhammadiyah is progressive in the context of social services, but exclusive
in the context of theology. It is its concern on social services that has been
able to neutralize Muhammadiyah from Islamist inclination and fundamentalist
tendency.
Keywords: Puritanism, liberalism, Islamism, Muhammadiyah,
pragmatism, religious exclusivism.
Abstrak
Muhammadiyah kerap
dipandang sebagai contoh sukses dari perpaduan antara Islam dan kemodernan.
Dengan mengadopsi semangat disiplin, kesejajaran, dan kerja keras, Muhammadiyah
telah menjadi organisasi yang kaya dan mandiri. Secara kuantitatif, institusi
pendidikan dan kesehatan yang dimiliki oleh Muhammadiyah hanya diungguli
jumlahnya oleh institusi yang dimiliki oleh pemerintah Indonesia. Muhammadiyah
memiliki 177 perguruan tinggi; ribuan sekolah tingkat atas, tingkat menengah,
dan tingkat dasar; serta ratusan rumah sakit dan balai kesehatan. Namun
demikian, kesuksesan dalam bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi tentu saja
tak mengindikasikan bahwa bahwa organisasi itu juga memegang nilai pluralisme
dan toleransi keagamaan. Karena itu, artikel ini ingin mendeskripsikan posisi
Muhammadiyah dalam kaitannya dengan pluralisme, liberalisme, dan Islamisme.
Artikel ini berargumen bahwa Muhammadiyah merupakan organisasi yang progresif
dalam kaitannya dengan pelayanan sosial, namun eksklusif dalam hal teologi. Kesibukan
Muhammadiyah dalam memberikan pelayanan sosial menjadi faktor yang berhasil
menetralisir organisasi ini dari keterjebakan dalam Islamisme dan
fundamentalisme.