Oleh: Haedar Nashir
Akhir-akhir ini di Jawa Tengah dan DIY ada sebuah kelompok Islam yang bergerak dalam majelis pengajian tafsir dan hadis yang menarik warga Muhammadiyah. Sebagian warga atau aktivis Muhammadiyah di bawah ada yang tertarik masuk ke gerakan tersebut. Selain karena intensifnya pengajian yang mereka selenggarakan, sebagian orang Muhammadiyah sering diyakinkan kalau majelis pengajian tersebut satu paham dengan Muhammadiyah. Malah dinyatakan bahwa gerakan Islam ini pahamnya sama dengan Muhammadiyah awal alias aseli, yang disebutnya sebagai Muhammadiyah jalan lurus. Dalam makna lain, Muhammadiyah yang berkembang saat ini tidak lagi aseli.
Model pengajiannya baik dalam dialog melalui radio maupun pengajian-pengajian langsung di tingkat jamaah cenderung serba tegas, zakelik, dan tidak jarang keras. Banyak hal serba dibid’ahkan seperti takbiran malam idul fitri maupun idul adha dan sebagainya. Anjing misalnya hukumnya tidak haram, karena yang najis hanya air liurnya. Model kepemimpinannya ala imamah yang monolitik dengan berpusat pada imam, sehingga melahirkan ketaatan total minus kritik. Pengumpulan dana bersifat sentralistik dan cenderung memaksa. Pendekatan keagamaan serba tekstual yang ketat.
Sebagian aktivis Muhammadiyah ada yang menjadi anggota pengajian dan pengurus organisasi Islam tersebut. Pada awalnya keterlibatan aktivis Muhammadiyah tersebut normal saja karena ingin tahu aatau simpati, sekaligus karena menjaga silaturahim. Tetapi lama kelamaan menjadi faktor daya pikat untuk menarik warga Muhammadiyah lainnya sekaligus masuk ke lingkungan jamaah-jamaah Muhammadiyah.Seperti biasa, warga Muhammadiyah bersikap lurus-lurus saja, sehingga tidak merasa ada masalah. Namun akhirnya tersedot juga sehingga menjadi bagian dari majelis tersebut dan bahkan mulai mengeritik Muhammadiyah. Muhammadiyah dipandang dan diopinikan tidak “aseli” lagi.
Sebenarnya setiap gerakan, mazhab, dan golongan dalam Islam dipersilakan untuk menganut paham dan praktik pengamalan Islam sesuai dengan keyakinannya, sejauh masih bersumber pada Al-Quran dan Al-Sunnah yang autentik. Setiap golongan, aliran, dan gerakan tidak perlu saling menyalahkan satu sama lain, bila perlu malah saling berdialog. Muhammadiyah pun tidak merasa terganggu dengan hadirnya gerakan-gerakan Islam yang lain, bahkan bersikap positif, yang penting saling menghargai, menghormati, tasamuh atau toleransi, dan malah dapat bekerjasama dalam bingkai ukhuwah Islam yang utama. Sejarah juga menunjukkan adanya keragaman umat Islam dalam memahami dan mengamalkan Islam dari dulu sampai kini.
Hal yang tidak diinginkan ialah mengklaim diri paling Islami, paling autentik, paling aseli, paling lurus, dan paling benar seraya menegasikan atau memandang keliru dan salah golongan Islam yang lain. Lebih dari itu sambil memandang yang lain keliru atau salah, pada saat yang sama menjadikan alasan untuk menarik warga sekaligus masuk ke lingkungan jamaah gerakan Islam lain yang dipandang tidak lurus itu. Jika demikian yang terjadi maka akan rusak ukhuwah Islam, lebih jauh lagi misi kerisalahan Islam akan mengalami banyak benturan di dalam dan pada akhirnya tidak akan membuahkan pencapaian Islam sebagai rahmatan lil-‘alamin.
Muhammadiyah Awal
Apakah benar Muhammadiyah generasi awal tidak sama dengan Muhammadiyah saat ini, sebaliknya Muhammadiyah saat ini sudah melenceng dari gerakan awal sebagaimana didirikan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan? Pertanyaan dan pandangan yang seperti itu sesungguhnya keliru, setidak-tidaknya tidak didasarkan pada argumentasi dan fakta yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain pernyataan Muhammadiyah saat ini tidak mengikuti garis Muhammadiyah awal lebih merupakan opini untuk menarik simpati warga Muhammadiyah daripada mengandung kebenaran.
Pada masa awal dari banyak sumber yang autentik, Kyai Dahlan dan kawan-kawan meletakkan dasar gerakan Muhammadiyah sungguh kokoh. Muhammadiyah sejak awal ingin menyebarluaskan dan memajukan ajaran Islam serta kehidupan umat dan bangsa sebagaimana formulasi pada Statuten Muhammadiyah tahun 1912 tentang tujuan. Melalui berbagai penjelasan pemikiran dan langkah Kyai Dahlan selaku pendiri, Muhammadiyah melakukan gerakan dakwah dan tajdid dengan bersunber pada Al-Quran dan Al-Sunnah yang shahih, serta mengembangkan akal pikiran yang sejalan dengan ajaran Islam dalam memahami dan mengamalkan Islam.
Menurut Prof. A. Mukti Ali, Muhammadiyah sebagai tercermin dari gerakan awalnya memiliki misi sebagai berikut: (1) Membersihkan Islam di Indonesia dari pengaruh dan kebiasaan yang bukan Islam; (2) Reformulasi doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran modern; (3) Reformulasi ajaran dan pendidikan Islam; dan (4) Mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan luar (Ali, 1958: 20). Sementara itu dalam karakter dirinya dan diakui masyarakat luas, Muhammadiyah sejak awal dikenal sebagai gerakan tajdid, baik yang bersifat pemurnian maupun pembaruan, sehingga melahirkan berbagai amaliah dan amal usha Islami yang bermanfaat bagi kemajuan umat dan masyarakat luas.
Kyai Dahlan meluruskan arah kiblat dan mengajak umat untuk tidak mengeramatkan kuburan, tetapi pada saat yang sama mengajak untuk berpikiran maju, berakahlak mulia, dan melakukan amalan-amalan Islam untuk kemajuan umat. Dalam buku Kyai Hadjid dan Kyai Syuja’ yang dikenal dekat dan menjadi sahabat terdekat Kyai, tergambar pancaran pemahaman dan pengamalan Islam yang merujuk pada Al-Quran dan Al-Sunnah yang shahih atau makbulah, sekaligus mengembangkan pemikiran-pemikiran yang berkemajuan. Inilah karakter Muhammadiyah yang aseli sebagaimana diletakkan fondasinya oleh Kyai Dahlan dan generasi as-sabiqun al-awwalun.
Dari pandangan sekilas tampak sekali perbedaan dengan gerakan-gerakan Islam yang hanya menekankan pada pemahaman dan praktik Islam yang serba tekstual, parsial, dan menekankan hal-hal ubudiyah mahdhah belaka. Lebih berbeda dengan gerakan-gerakan Islam yang sekadar bergerak dalam tabligh terbatas tertentu sekaligus mengesankan anti kemajuan karena setiap kemajuan dipandang bid’ah. Di sinilah pentingnya warga apalagi pimpinan Muhammadiyah memahami hakikat gerakan Muhammadiyah generasi awal dari sumbernya yang autentik, bukan dari luar yang sekadar menjadikan alat opini untuk melemahkan sekaligus menarik minat warga Muhammadiyah keluar dari barisan organisasi.
Muhammadiyah Saat Ini
Bagaimana dengan Muhammadiyah saat ini, apakah sudah melenceng dari Muhammadiyah awal? Kalau mengikuti logika atau opini kelompok pengajian tafsir Al-Quran tersebut seolah Muhammadiyah yang berkembang saat ini tidak aseli lagi seperti Muhammadiyah zaman Kyai Dahlan, dianggap sudah melenceng terutama dalam pemberantasan TBC dan menampilkan Islam yang tegas, kata mereka. Sebagian aktivis atau orang Muhammadiyah termakan dengan opini tersebut, sehingga aktif di kelompok tersebut dan menjauh dari Muhammadiyah, malah mengajak warga Muhammadiyah yang lain untuk ikut.
Masalah ini penting untuk dipahami secara benar oleh seluruh warga Muhammadiyah, lebih-lebih kader dan pimpinan. Jika mengikuti penjelasan penulis tentang Muhammadiyah generasi awal, sungguh seratus prosen Muhammadiyah saat ini sama dengan dan mengikuti jejak Muhammadiyah generasi awal. Dalam merujuk pada Al-Quran dan Al-Sunnah yang makbullah masih konsisten, bahkan diperkaya dengan ilmu tafsir dan hadis serta berbagai ilmu pendukung yang lebih lengkap.
Dalam paham tajdid dipertegas tentang pemurnian atau purifikasi dan pengembangan atau dinamisasi, sehingga pembaruan Islam yang dikembangkan Muhammadiyah memiliki fondasi yang kokoh. Dalam hal pendekatan dalam memahami Islam dikembangkan tiga metode terpadu yakni bayani (tekstual), burhani (burhani), dan irfani (ihsan, akhlaq, spiritual), sehingga komprehensif dan tidak parsial. Dalam hal ibadah rujuklah Himpunan Putusan tarjih dan Keputusan-keputusan Munas Tarjih lainnya yang jelas dan kokoh mengikuti tuntunan Nabi yang matsurah.
Bagaimana dengan dakwah kultural? Dakwah kultural sama sekali tidak membenarkan syirk, tahayul, bid’ah, dan khurafat sebagaimana disalahpahami sebagian orang. Dakwah kultural justru menegaskan karakter dakwah Muhammadiyah yang harus bil-hikmah, wa al-mau’idhatul hasanah, wa jadil-hum billati hiya ahsan (QS Al-Nahl: 125), sehingga Islam tampil dalam misi kerisalahan dan kerahmatan yang luas. Dalam pandangan keagamaan Muhammadiyah saat ini bahkan menegaskan Islam yang berkemajuan sebagaimana spirit, pesan, dan orientasi pandangan keislaman Muhammadiyah yang dipelopori Kyai Dahlan sehingga melahirkan gerakan pembaruan.
Pendek kata, Muhammadiyah saat ini justru menempuh jalan lurus, bukan bengkok dan melenceng. Sebaliknya Muhammadiyah dulu, kini, dan ke depan tidak sama dengan gerakan-gerakan yang hanya menampilkan Islam dalam aspek yang serpihan dan suka menyesatkan pandangan Islam yang lain. Karenanya, warga, kader, dan pimpinan Muhammadiyah jangan terbawa arus apalagi ikut mendukung dan menjadi bagian dari gerakan Islam yang mendiskreditkan Muhammadiyah sendiri. Beristiqamahlah di jalan Islam sebagaimana diyakini, dipahami, dan diamalkan Muhammadiyah. Inilah Muhammadiyah jalan lurus.
*Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Suara Muhammadiyah edisi nomor 4 Tahun 2012
http://www.suaramuhammadiyah.id/2017/08/25/muhammadiyah-jalan-lurus/