Penulis, Hasan
Sadikin Ganggang “Sekretaris PC IMM Kota Mataram”
|
Rabu, 13 Januari 2016
Hiruk pikuk kelahiran IMM menjadi perdebatan dikalangan
aktifis, mengingat kelahiran IMM tidak terlepas dari jasa dan kontribusi
aktifis HMI. Peryataan tersebut memang benar adanya. Tapi, bukanlah semata
hasil dari mutakhmar HMI yang menyepakati bahwa IMM sebagai alternatif dari
ancaman pemerintah orde lama yang mengingatkan HMI akan dibubarkan dari bumi
pertiwi. Kelahiran IMM memang tidak bisa dipungkiri atas dasar produk dari pemikiran
Aktis HMI yang menjadi anak angkat dari amal usaha Muhammadiyah. Karena dalam
catatan sejarah menjelaskan bahwa tidak sedikit kegiatan HMI mendapatkan
dukungan dari amal usaha Muhammadiyah, hal itulah yang membuat HMI menjadi
lebih dekat dengan Muhammadiyah.
Dalam
pengkaderan HMI tidak sedikit yang menjadi aktifis dalam Angkatan Muda
Muhammadiyah maupun di amal usaha Muhammadiyah itu sendiri. Keberadaan HMI
tidak bisa dipungkiri,
menjadi
subur dan besar di Amal usaha Muhammadiyah, karena seiring
|
IMM
didirikan ditengah goncang gancingnya politik bangsa yang mengharuskan
terbentuknya IMM. Kelahiran IMM bukanlah alternatif dari HMI, justru menjadi
penyelamat bagi keberadaan dan eksistensi HMI itu sendiri atas ancaman dari
pemerintah pada masa itu. IMM dilahirkan pada tanggal 14 Maret 1964 di
Djogjakarta, oleh Djazman Al-Kindi, Rasid Soleh, Mahrus dan Amien Rais yang
merupakan aktifis HMI anak angkat dari Muhammadiyah. Pada masa itu, Djazman
Al-kindi, sebagai Sekretaris PP Pemudah Muhammadiyah yang sempat dicurigai oleh
Pemudah Muhammadiyah lainya, ketika ingin membentuk sebuah ortom Muhammadiyah
ini. Lahirnya IMM tidak terlepas dari dua faktor, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal.
a. Faktor Internal
Pertama yang berkaitan dengan
Muhammadiyah itu sendiri sebagai organisasi Islam yang mempunyai misi kedepan
yaitu mengusahakan terbentuknya masyarakat islam yang sebenar-benarnya.
Sehingga perlunya dibentuk sebuah organisasi pengkaderan untuk meneruskan misi
Muhammadiyah, sehingga dalam AD/ART IMM dipertegaskan bahwa tujuan IMM
didirikan untuk mengusaha terbentuknya akademisi islam yang berakhlak mulia
untuk mencapai tujuan Muhammadiyah. Keberadaan IMM merupakan penyediaan dari
Muhammadiyah itu sendiri, mengingat Muhammadiyah adalah ornagaisasi islam yang
terbesar. Kedua sikap dari HMI yang
terpolarisasi sehingga berbenturan dengan visi dan konsep Muhammadiyah, yang
mengharuskan terbentuknya IMM sebagai wadah pengrekrutan sekaligus pengkaderan
kader perserikatan.
b. Faktor Ekternal
Faktor
Eksternal yang melatar belakangi lahirnya IMM ada dua macam yaitu; pertama, kegoncangan geopolitik nasional
yang mangharuskan terbentuknya IMM dan adanya ancaman dari PKI yang ingin
menghilangkan pancasila dari bumi pertiwi ini. Ancaman tersebut merupakan
agenda mendesak untuk Pemudah Muhammadiyah sehingga mengharuskan IMM lahir
untuk menyelamatkan bangsa, dari tangat PKI. Tidak bisa dinafikan bahwa
kelahiran IMM sangat berkontribusi pada kegoncangan politik nasional, sampai
Presiden Ir. Soekarno mengucapkan terimah kasih kepada IMM dalam sebuah buku
hariannya.
Begitupun
dengan kelahiran HMI, tidak terlepas dari pengaruh PP Muhammadiyah, mengingat
Lafran Pane seorang aktifis yang hidup dan dibesarkan dalam keluarga Kauman, di
mana tempat tersebut merupakan tempat tinggalnya K.H. A. Dahlan dan tempat
berdirinya Muhammadiyah. Sutan Pangurabaan Pane merupakan Ayah kandung dari
Lafran Pane, yang terhormad dan terkaya dikampungnya. Dan beliau sendirilah termasuk
salah seorang pendiri Muhammadiyah di Siporok pada 1921[1]
tempat dimana Lafran Pane dilahirkan. Jenjang pendidikan Lafran Pane tidak bisa
dipungkiri, beliau menamatkan pendidikannya dibangku sekolah mulai dari
pesantren Muhammadiyah Siporok kemudian pindah ke Pesantern K.H. A. Dahlan. Setelah
itu melanjuti pendidikan menengahnya di HIS Muhammadiyah, menyambung ke MULO
Muhammadiyah, kemudian ke AMS Muhammadiyah, sebelum beliau berhijrah ke
Dyogyakarta.
Kelahiran
HMI merupakan hasil dari produk pemikiran Aktifis Muhammadiyah, bahkan menjadi
anak emasnya sebelum IMM dilahirkan. Dalam pengkaderanya mulai dari LK I sampai
LK III disuport oleh Amal Usaha Muhammadiyah, karena dianggap sebagai wadah
pengkaderan aktifis Muhammadiyah. Tidak sedikit Aktifis HMI, setelah menamatkan
pendidikannya mengabdi di Amal Usaha Muhammadiyah bahkan menjadi pengurus
Muhammadiiyah. Tapi, seiring berjalannya waktu, lahirlah IMM sebagai ortom
Muhammadiyah dan HMI sebagai sepupunya dalam Muhammadiyah. Mengingat bahwa
Muhammadiyah membutuhkan kader untuk meneruskan misi profetik, apa lagi dengan
menjamurnya amal usahaMuhammadiyah. Maka, dibutuhkan sebuah organisasi pengkaderan
untuk misi tersebut. Keberadaan dan kelahiran IMM bukan hanya sebagai kehendak
sejarah, melainkan pula sebagai keniscayaan dalam tubuh organisasi perserikatan[2].
Hal inilah yang dipersoalkan dikalangan aktifis pergerakan, mempersoalkan
kelahiran yang disejarahkan. Tidak bisa dipungkiri bahwa HMI adalah anak angkat
dari Muhammadiyah dan IMM adalah anak emasnya.
[2]Ahmadi Marus, Geneologi Kaum merah; Pemikiran dan Gerakan....hlm
xxii
http://inipunyasadikin.blogspot.jp/2016/01/imm-menggugat-kelahiran-yang.html
No comments:
Post a Comment