KHITTAH.co – Perkembangan Muhammadiyah di Gowa juga bersamaan dengan perkembangannya di daerah-daerah lain di Sulawesi selatan. Radjab (1999:44) mengemukakan bahwa Abu Bakar Daeng Bombong salah seorang anggota Muhammadiyah Group Mariso yang tinggal di Pa’baeng-baeng dengan pekerjaannya sebagai tukang jahit dan aktif mengikuti pengajian di Mariso, mempelopori berdirinya Muhammadiyah Group Jongaya pada tahun 1928.
Sebagai kader pergerakan Muhammadiyah yang ditempa langsung di Group Mariso Cabang Makassar, Abubakar Daeng Bombong berupaya untuk mengadakan pembinaan di daerah tempat tinggalnya di Pa’baeng-baeng yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya Ranting Jongaya. Dia kemudian menjadikan Mushalla yang dibangunnya sendiri sebagai tempat untuk mengadakan pertemuan-pertemuan atau pun pengajian-pengajian.
Di tempat itulah para peserta pengajian bersepakat untuk membentuk group Jongaya dengan komposisi pengurus, Abubakar Daeng Bombong sebagai Voorzitter, Abd. Razak Daeng Ngerangsebagai secretaris, dibantu oleh Abd. Razak Daeng Mile, Daeng Sikota, Ismail, dan Sarapa Daeng Tarru (Radjab, 1999:44).
Dengan terbentuknya Group Muhammadiyah Jongaya sebagai ranting pertama di Gowa di bawah pembinaan Muhammadiyah Cabang Makassar, maka mulailah secara organisatoris, Muhammadiyah masuk di daerah Gowa.
Dengan kegiatan yang semakin giat, anggota-anggotanya pun semakin bertambah mengikuti pengajian. Untuk menyampaikan materi pengajian selain disampaikan oleh pengurus secara bergantian juga biasanya diundang pengurus-pengurus Cabang Makassar di antaranya dengan mengundang KH. Abdullah sebagai pemateri.
Dalam perkembangan selanjutnya mengingat peserta pengajian yang semakin bertambah, karena diikuti pula oleh orang-orang di luar kampung Jongaya, maka tempat tersebut dirasakan tidak lagi memadai, maka diusahakanlah tempat lain, sebidang tanah milik Abdul Razak Daeng Ngerang.
Di atas tanah tersebut dibangun Mushalla, kemudian dibangun pula tempat pendidikan yang lebih modern dibandingkan dengan sekolah Islam milik kaum bangsawan sebelumnya yang bernama “Islahuddin”, yang dikelola secara tradisional, sekolah Muhammadiyah Group Jongaya tersebut untuk selanjutnya dikenal bernama Muallimin Muhammadiyah Jongaya dengan pola pendidikan khas Muhammadiyah yang multiscience yaitu mengajarkan beberapa cabang ilmu pengetahuan baik agama maupun pengetahuan umum (Radjab, 1999:45).
Mushallah dan tempat pendidikan tersebut sangat berperan dalam menanamkan paham Muhammadiyah di masyarakat karena baik peserta pengajian di Mushalla maupun siswa-siswa pada sekolah tersebut selain orang Jongaya juga diikuti pula oleh orang-orang luar Jongaya dalam daerah Gowa. Hal tersebut cukup konstributif dalam mengembangkan organisasi Muhammadiyah di daerah Gowa.
Peranan lain muhammadiyah di daerah Gowa, mulai dari awal keberadaannya sekitar tahun 1928 hingga tahun 1966 di daerah Gowa telah berdiri 10 buah masjid Muhammadiyah yang sebagian besar tetap bertahan hingga saat ini walaupun telah direnovasi gedung maupun namanya.
Masjid-masjid itu adalah Masjid Muhammadiyah di Pandang-Pandang Sungguminasa, Masjid Muhammadiyah di Limbung, Masjid Muhammadiyah di Panciro Lempangang, Masjid Muhammadiyah di amba Jawaya Allu, Masjid Muhammadiyah di Datarang-Tombolo Pao, Masjid Muhammadiyah di Barembeng, Masjid Muhammadiyah di kuboddong-Bonto Nompo, Masjid Muhammadiyah di Lembang bu’ne-Malakaji, Masjid Muhammadiyah di Ritaya-Bori Matangkasa, Masjid Muhammadiyah di Tompobalang-Moncobalang. Masjid-masjid tersebut di atas lebih awal didirikan oleh anggota Muhammadiyah sebelum Muhammadiyah di tempat masing-masing berdiri sebagai ranting atau cabang.
Sumber: Buku “Mentari Bersinar di Gowa (Menelusuri Jejak Kehadiran Muhammadiyah di Gowa tahun 1928-1968)”
http://www.khittah.co/begini-awal-mula-muhammadiyah-di-gowa/9237/
No comments:
Post a Comment