Nurcholish Madjid
Madjid, Nurcholish. 1997. "Amal Muhammadiyah Menjawab Tantangan Pembangunan Indonesia." in Nurcholish Madjid. Tradisi Islam: Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan di Indonesia. Jakarta: Paramadina. pp. 107-122.
... Kalau kita lihat dari segi keanggotaan, Muhammadiyah adalah organisasi Islam "modernis" yang terbesardi dunia, lebih besar daripada organisasi-organisasi "modernis" di negeri Islam yang lain. Muhammadiyah juga sebuah organisasi Islam yang relatif paling berhasil --jika dilihat ciri kelembagaannya yang relatif modern dengan produk-produk sosial-keagamaannya yang sangat mengesankan-- dibanding dengan organisasi Islam yang mana pun, baik yang ada di negeri kita maupun di negeri Islam yang lain. Karena itu, bisa dikatakan bahwa dalam kalangan Islam --tidak terbatas pada skala nasional, melainkan juga internasional-- Muhammadiyah adalah sebuah cerita sukses bagi organisasi Islam "modernis."
Namun, beberapa pernyataan itu harus segera disusul dengan pernyataan lain yang bernada memperingatkan: Muhammadiyah itu besar, modern, dan sukses adalah terutama sebagai gerakan amaliah. Ini dapat dipandang sebagai suatu keunggulan, sebab toh Islam, sebagaimana halnya dengan kehidupan manusia itu sendiri, mendapatkan modal eksistensinya dalam amal. Tetapi, kelebihan Muhammadiyah di bidang amaliah ini juga merupakan suatu kekurangan, yaitu jika memang watak kepraktisan Muhammadiyah itu berimplikasi kurangnya wawasan. Padahal wawasan itu mutlak diperlukan tidak saja sebagai perangkat yang memberi kesadaran menyeluruh atas semua kegiatan amaliah dan sebagai kerangka untuk dapat dilihat hubungan organik antara berbagai bagian kegiatan amaliah tersebut, tetapi juga sebagai energi bagi pengembangan dinamis dan kreatif kegiatan amaliah itu sendiri. Ditinjau dari segi wawasan ini, kelompok yang relatif sangat kecil seperti Jama`at-i Islam-i di Pakistan yang modernis, atau Jama`at-i Ulama-i Hind dari India, masih lebih unggul dari Muhammadiyah, meskipun dari segi amaliah sosial-keagamaan kelompok-kelompok itu bukan tandingan Muhammadiyah.
Kurangnya wawasan ini akan membuat sumber energi kegiatan lekas terkuras habis, dan keseluruhan sistem dapat terancam stagnan (mandek), kecuali jika selalu ada kemungkinan dapat "infus" dari luar, seperti adanya (kesan) gejala bahwa Muhammadiyah selama ini selalu mendapat "infus" dari pesantren (NU [?]). "Infus" dari pesantren ini dalam bentuk bergabungnya tenaga ulama atau kiai dari pesantren yang kemudian tergabung sebagai inti keanggotaannya...
Karena orientasi kepraktisan yang menjadi titik berat misi organisasi itu, maka Muhammadiyah menjadi lahan subur persemaian produk-produk intelektual kelompok Islam yang lain, yang belum tentu berlangsung dengan daya saring "kemuhammadiyahan" yang memadai...
download file
No comments:
Post a Comment