tag:blogger.com,1999:blog-8657728136314254606.post1861066897593723106..comments2024-03-06T07:46:43.147-06:00Comments on Muhammadiyah Studies: Penyatuan Kalender Islam Secara Global Bagai Pungguk Merindukan Bulan ?Najib Burhanihttp://www.blogger.com/profile/11408309979390297973noreply@blogger.comBlogger4125tag:blogger.com,1999:blog-8657728136314254606.post-13202458151560502082011-09-15T07:17:27.987-05:002011-09-15T07:17:27.987-05:00Keyakinan itu tidak bisa dipaksakan. Ketika satu k...Keyakinan itu tidak bisa dipaksakan. Ketika satu kelompok atau pemerintah memaksakan satu keyakinan tertentu, biasanya akan disebut authoritarian. Dulu pernah terjadi dg peristiwa mihna (inquisition), ketika Mu'tazilah memaksakan keyakinannya bahwa Qur'an itu makhluk, bukan Khalik. Karena pemaksaan ini, Imam Ibn Hanbal disiksa. Itu terjadi ketika pemerintah keluar dari fungsinya sebagai pelindung semua keyakinan. Intinya, jangan sampai terjadi adanya pemaksaan keyakinan.Najib Burhanihttps://www.blogger.com/profile/11408309979390297973noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8657728136314254606.post-1065669257479135692011-09-12T05:49:47.908-05:002011-09-12T05:49:47.908-05:00Saudaraku seiman, Bapak Najib Burhani, Terima kasi...Saudaraku seiman, Bapak Najib Burhani, Terima kasih atas kebaikan tutur kata bapak kepada saya yang awwam ini. <br />"Memang idealnya sama..." Saya kagum dengan kebesaran hati bapak untuk menuliskan kata-kata itu, karena tidak sedikit saudara kita yang sering terjerumus dalam ke-taklid-an terhadap suatu pendapat tanpa mau untuk tabayyun.<br />Kalau di Amerika, Australia, Belanda dll terjadi perbedaan, (saya berhusnudzon) mungkin itu dikarenakan mereka hidup dinegeri non muslim, sehingga sulit bagi mereka mendapatkan fasilitas yang memadai untuk bisa leluasa musyawarah atau hal-hal lain yang memungkinkan mereka untuk mendapatkan "kondisi yang ideal" seperti yang bapak katakan tadi. Tetapi bagaimana dengan kita yang ada di Indonesia? Yang setiap 5 waktu adzan berkumandang sedemikian kerasnya, yang ribuan masjid dan mushola tersebar di setiap penjuru kampung, bahkan pemerintah tidak melarang dan mau menyediakan sarana dan prasarana apapun yang ummat islam butuhkan untuk musyawarah, seminar, simposium, pembentukan badan apapun yang kita butuhkan untuk penyatuan ummat islam. Hanya saja, mengapa pemimpin-pemimpin ummat islam, terkesan (mudah-mudahan ini prasangka saya saja) tidak mau memanfaatkan itu semua? Ataukah mungkin ada perasaan lain yang sulit bagi kita untuk urun rembug?<br />Sehingga ada seorang teman saya berkata, kaum nasrani saja bisa bersatu dalam hari natal mereka, padahal tidak ada dalil atau pun bukti otentik,yang dapat dipertanggungjawabkan, yang menunjukkan bahwa pada tanggal tersebut adalah hari kelahiran Yesus. Mengapa justeru kita yang memiliki petunjuk yang sangat lengkap (baik teoritis maupun prakteknya) tetapi justeru tidak bisa lebih baik dari mereka?<br />wallahu'alam.<br />Terima kasih.NOPIANOOR, Shuthttps://www.blogger.com/profile/16201454160383512860noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8657728136314254606.post-74041948116677602792011-09-11T13:25:48.929-05:002011-09-11T13:25:48.929-05:00Terima kasih atas tanggapannya. Perbedaan tanggal ...Terima kasih atas tanggapannya. Perbedaan tanggal hari raya itu tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di negara-negara lain. DI Amerika, ISNA (Islamic Society of North AMerica) menetapkan Hari Raya hari Selasa (30 Agustus), tp banyak masjid lokal, seperti di Austin TX, yang memilih hari Rabu (31 Agustus). Memang idealnya sama. Pada malam takbiran di Austin, Texas, yg dihadiri para pemeluk agama lain, banyak dari orang Kristen itu yg bingung dan heran dan kemudian bertanya, mengapa terjadi perbedaan Hari Raya?Najib Burhanihttps://www.blogger.com/profile/11408309979390297973noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8657728136314254606.post-66251158206370223282011-09-11T12:19:50.848-05:002011-09-11T12:19:50.848-05:00Assalamu'alaikum wr. wb.
Mohon maaf, Pak. saya...Assalamu'alaikum wr. wb.<br />Mohon maaf, Pak. saya hanya orang awwam yang merindukan persatuan ummat islam, terutama dalam melaksanakan syiar-syiar islam yang demikian besar pengaruhnya bagi kehidupan ummat islam sendiri dan juga merupakan sumber dakwah bagi kalangan non muslim. <br />Ada hal yang menarik dari negara-negara lain seperti Arab Saudi, Mesir, Malaysia dan bahkan kaum muslimin yang tinggal di negara kafir. Saya yakin, disana juga banyak ahli hisab dan ahli rukyat (termasuk juga ulama-ulama yang mumpuni) yang masing-masing tentu juga bisa berbeda dalam ijtihad mereka terhadap metode dan kriteria penentuan awal bulan. Namun tidak kita temukan adanya perbedaan hari penetapan awal dan akhir bulan di kalangan mereka, sehingga nampak sekali persatuan yang solid di kalangan kaum muslimin. Saya melihat, bahwa "mereka tidak berbeda bukan karena tidak ada perbedaan di antara mereka, tetapi mereka tidak berbeda karena tidak ingin terjadi perbedaan (perpecahan) di antara mereka".<br />Sayangnya, terkadang kita sulit mengambil pelajaran dari sikap para ulama yang dengan ikhlas dan lapang dada mau mempertemukan pendapatnya yang berbeda dengan pendapat ulama yang lain untuk menuju satu titik penyatuan. Meskipun beliau terkadang harus mengesampingkan hasil ijthadnya yang tentu saja dengan penuh keyakinan ia pegangi sebagai sebuah kebenaran. <br />Dan saat lebaran kemarin (juga lebaran-lebaran lain yang berbeda-beda), saya yakin, tidak ada orang islam (yang masih tertanam iman dihatinya) yang tidak merasa sedih dan gelisah dengan carut-marutnya ummat islam di negeri kita (termasuk orang Muhammadiyah sendiri). Bayangkan, hanya dinegara kita shalat ied dilakukan berbeda-beda selama 4 hari. Pertanyaannya, mungkinkah Allah menjadikan 1 syawal 2 sampai 4 hari pada wilayah yang sama? Siapakah yang bisa menjawab ini?<br />Kalaupun mungkin perjalanan masih panjang dan berliku untuk penyatuan secara global. Namun tidak bisakah kita bersatu dalam satu wilayah hukum (Indonesia, misalnya, agar kita bisa menunjukkan bahwa ummat islam adalah ummat yang menjunjung tinggi persatuan dan berkasih sayang diantara mereka? Agar kami orang awwam ini pun bisa bangga kepada para pemimpin kami yang selalu ikhlas dalam berbuat demi kebaikan ummat. Atau kami justeru harus meniru bahwa kita harus tetap pada pendirian kita pada hal apapun, termasuk produk-produk ijtihadiyah para ulama yang kita taklid-i? <br />Misalnya,ketika shalat tarawih imam 2 rakaat, tetapi kami yakin 4 rakaat yang benar, maka kami tetap harus berdiri menyelesaikan 4 rakaat meskipun imam sudah salam.<br />Aduh, jadi melebar kemana-mana. Intinya, kalau saya boleh usul, alangkah baiknya kalau kita masing-masing introspeksi, meninjau kembali kriteria yang selama ini kita yakini (rukyat, imkanur-rukyat atau pun wujudul hilal). Kita urai kembali kebaikan dan keburukannya, manfaat dan mafsadhatnya, positif dan negatifnya, kemudian kita duduk bersama dan mencari satu solusi terbaik bagi ummat. Ya, bagi ummat, bukan hanya bagi golongan kita sendiri.<br />Mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan.<br />Wassalamu'alaikum wr. wb.NOPIANOOR, Shuthttps://www.blogger.com/profile/16201454160383512860noreply@blogger.com